REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, jutaan nyawa warga Ukraina terancam saat negara tersebut memasuki musim dingin. Infrastruktur yang rusak atau hancur akibat peperangan menyebabkan 10 juta warga di sana harus hidup tanpa listrik,
“Krisis energi yang menghancurkan, darurat kesehatan mental yang mendalam, kendala pada akses kemanusiaan, dan risiko infeksi virus akan membuat musim dingin ini menjadi ujian berat bagi sistem kesehatan Ukraina,” kata Direktur WHO untuk Eropa Hans Kluge yang mengunjungi Ukraina, Senin (21/11/2022), dilaporkan Bloomberg.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mendesak warganya untuk berhemat dan membatasi konsumsi energi. Dia mengatakan, setengah dari kapasitas listrik Ukraina telah hancur akibat serangan roket Rusia.
“Kerusakan sistematis pada sistem energi kita akibat serangan teroris Rusia sangat besar sehingga semua orang dan pelaku bisnis kita harus sadar serta mendistribusikan kembali konsumsi mereka sepanjang hari,” kata Zelensky pada Senin lalu.
Pada Senin malam lalu, penasihat presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak, mengatakan, Rusi masih terus membombardir wilayah Kherson. Pasukan Rusia melancarkan serangan dari seberang Sungai Dnipro. “Tidak ada logika militer; mereka hanya ingin membalas dendam pada penduduk setempat,” ujar Podolyak.
Pasukan Rusia diketahui telah mundur dari Kherson. Meski wilayahnya sudah porak-poranda, warga Kherson tetap diminta melakukan penghematan konsumsi energi. Otoritas Ukraina tetap membuka opsi bagi warga Kherson yang ingin dievakuasi. “Anda dapat dievakuasi selama periode musim dingin ke wilayah yang lebih aman di negara ini,” ucap Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereschuk.
Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, serangan Rusia pada infrastruktur energi Ukraina, yang akhirnya menyebabkan pemadaman listrik di negara tersebut, merupakan konsekuensi karena Kiev menolak bernegosiasi guna mengakhiri pertempuran. Kendati demikian, Peskov membantah tuduhan yang menyebut Rusia dengan sengaja menargetkan warga sipil Ukraina.