Kamis 24 Nov 2022 05:55 WIB

PBB Ingatkan Peningkatan Kekerasan akan Kembalikan Yaman ke Masa Kelam

Kekerasan meningkat setelah Yaman yang bertikai gagal mencapai kesepaka

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
 Reruntuhan sisa perang di Kota Sana
Foto: EPA-EFE/Yahya Arhab
Reruntuhan sisa perang di Kota Sana

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - PBB memperingatkan bahwa eskalasi di Yaman akan memiliki konsekuensi yang menghancurkan bagi rakyat. Kekerasan kembali meningkat setelah pihak Yaman yang bertikai gagal mencapai kesepakatan untuk memperpanjang gencatan senjata yang ditengahi PBB pada April.

Direktur operasi Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Reena Ghelani mengatakan kepada Dewan Keamanan (DK) bahwa setiap eskalasi pertempuran akan menggiring kembali Yaman ke titik awal.

"Orang-orang di Yaman perlu kembali normal sehingga mereka dapat membangun kembali kehidupan mereka yang retak,'' katanya seperti dikutip laman Anadolu Agency, Rabu (23/11/2022).

Ghelani mengatakan kelaparan terus menghantui lebih dari setengah populasi di Yaman. Sementara 17 juta orang masih tidak tahu di mana mereka akan mendapatkan makanan berikutnya.

Utusan Khusus PBB untuk Yaman Hans Grundberg mengatakan Houthi telah melakukan serangan dalam beberapa pekan terakhir terhadap terminal minyak dan pelabuhan di provinsi Hadramawt dan Shabwa. Mereka merampas sumber pendapatan utama pemerintah dari ekspor minyak.

"Serangan yang terakhir terjadi kemarin di Pelabuhan Al-Dabba di Hadramaut memiliki dampak ekonomi yang signifikan," katanya.

"Mereka berisiko memicu spiral eskalasi militer dan ekonomi," imbuhnya. Dia meminta para pihak untuk segera mencapai kesepakatan untuk memperbarui gencatan senjata.

Perang saudara dimulai pada September 2014, ketika pemberontak Houthi yang didukung Iran merebut sebagian besar negara, termasuk ibu kota, Sana'a.  Sebuah koalisi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi memasuki perang pada awal 2015 untuk mengembalikan pemerintah ke tampuk kekuasaan. Konflik delapan tahun telah menciptakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. Jutaan orang mempertaruhkan  diri dari kelaparan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement