Kamis 24 Nov 2022 18:46 WIB

Hubungan RI-Malaysia Semakin Kuat Usai Anwar Ibrahim Jabat PM

Anwar Ibrahim memiliki banyak kawan dekat di Indonesia.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Ketua Partai Pakatan Harapan (PH) Malaysia Anwar Ibrahim melambai saat ia tiba di Istana Negara (National Palace) di Kuala Lumpur, Malaysia, 24 November 2022. Istana Negara mengumumkan bahwa Ketua Partai Pakatan Harapan (PH) Anwar Ibrahim akan dilantik sebagai perdana menteri ke-10 Malaysia, lima hari setelah pemilihan umum ke-15 menghasilkan parlemen gantung tanpa pemenang yang jelas.
Foto: FAZRY ISMAIL/EPA POOL
Ketua Partai Pakatan Harapan (PH) Malaysia Anwar Ibrahim melambai saat ia tiba di Istana Negara (National Palace) di Kuala Lumpur, Malaysia, 24 November 2022. Istana Negara mengumumkan bahwa Ketua Partai Pakatan Harapan (PH) Anwar Ibrahim akan dilantik sebagai perdana menteri ke-10 Malaysia, lima hari setelah pemilihan umum ke-15 menghasilkan parlemen gantung tanpa pemenang yang jelas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua dan Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menyambut penetapan Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri Malaysia yang baru. Hubungan Republik Indonesia (RI) dan Malaysia dinilai akan semakin akrab karena Anwar Ibrahim memiliki banyak kawan dekat di Indonesia.

"Anwar Ibrahim itu sahabat Indonesia sejak lama, di masa senang dan susah, dia selalu banyak teman di Indonesia dan selalu datang ke Indonesia, dan menjalin silaturahmi secara rutin dengan pemimpin Indonesia baik di pemerintahan maupun luar pemerintahan," ujar  mantan Wakil Menteri Luar Negeri pada Rabu (24/11/2022).

Baca Juga

Dino melihat dengan terpilih Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri akan disambut baik oleh semua sahabatnya di Indonesia. Keakraban ini pun akan memiliki dampak positif bagi hubungan kedua negara.

Hubungan Indonesia dan Malaysia, menurut Dino, saat ini berada dalam kondisi yang stabil dan berjalan dengan baik. Terlebih lagi Malaysia adalah negara tetangga yang memang memiliki mekanisme pertemuan rutin bagi lapisan pemerintahan dari tingkat pemimpin hingga menteri.

"Saya melihat tidak ada isu yang mengganggu, kalau ada terkait pekerja migran Indonesia, tapi sudah ada mekanismenya dan sistem yang menanganinya," ujar Dino.

Dino lebih melihat tantangan antara kedua negara adalah memposisikan diri di kawasan. Kedua negara harus bisa memperkuat Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang saat ini diketuai oleh Indonesia.

Selain itu, Jakarta dan Kuala Lumpur pun bisa bekerja sama menangani krisis politik di Myanmar dan menyelesaikan masalah pengungsi Rohingya. "Malaysia dan Indonesia terkena dampaknya karena cukup banyak pengungsi Rohingya yang datang ke kedua negara," ujar Dino. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement