REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Lebih dari 80 orang terluka dalam bentrokan polisi dan pengunjuk rasa di negara bagian Kerala, selatan India. Aksi protes dipicu oleh penolakan pembangunan proyek pelabuhan oleh grup pengusaha terkaya India, Gautam Adani bernilai 900 juta dolar AS.
Sebelumnya polisi menangkap beberapa pengunjuk rasa karena mereka memblokir kendaraan konstruksi Adani memasuki pelabuhan. Hal ini memicu protes baru akhir pekan yang dipimpin oleh para imam Katolik Roma untuk melakukan aksi berbaris di depan kantor polisi.
Bentrokan pun tak terhindarkan antara personel kepolisian dan para pengunjuk rasa. Pejabat senior polisi setempat M R Ajith Kumar mengatakan, 36 petugas terluka dalam bentrokan tersebut.
"Para pemrotes datang dengan senjata mematikan menerobos masuk dan menyandera polisi, mereka juga mengancam bahwa jika orang-orang yang ditahan tidak dibebaskan, mereka akan membakar kantor polisi," kata polisi dalam dokumen kasus bentrokan terbaru, dikutip Kantor Berita Reuters, Senin (28/11/2022).
Seorang pemimpin protes dan jenderal keuskupan agung, Eugine H Pereira mengatakan, polisi melempari para pengunjuk rasa dengan batu. Joseph Johnson, salah satu pemimpin protes, mengatakan setidaknya 46 pengunjuk rasa terluka.
Eskalasi terbaru ini berangkat dari protes berbulan-bulan yang dilakukan oleh komunitas nelayan yang sebagian besar Kristen terhadap orang terkaya di Asia tersebut. Terletak di ujung selatan India, pelabuhan akan menghubungkan rute perdagangan Timur-Barat yang menguntungkan. Lokasi pelabuhan tersebut dipandang sebagai kunci untuk memenangkan bisnis dari pelabuhan-pelabuhan di Dubai, Singapura, dan Sri Lanka.
Pelabuhan tersebut juga menambah jangkauan global bisnis yang dipimpin oleh miliarder Adani, yang diperkirakan oleh Forbes sebagai orang terkaya ketiga di dunia. Pelabuhan dan logistik Adani memiliki aset hingga 23 miliar dolar AS.
Protes-protes yang berkembang merupakan masalah besar bagi perusahaan pelabuhan dan logistik Gautam Adani. Konstruksi di Pelabuhan Vizhinjam telah dihentikan selama lebih dari tiga bulan.
Massa yang memprotes memblokir pintu masuk pelabuhan dan menyalahkan pembangunan pelabuhan menyebabkan erosi pantai. Konstruksi itu juga dianggap merampas mata pencaharian para nelayan di sana.
Protes terus berlanjut meskipun berulang kali pengadilan tinggi Kerala mengizinkan pembangunan dimulai. Polisi sebagian besar tidak mau mengambil tindakan apapun sebab khawatir tindakan itu akan memicu ketegangan sosial dan agama.
Protes di pelabuhan mengingat reaksi balik yang dihadapi Adani di Australia atas tambang batu bara Carmichael miliknya. Di sana, para aktivis yang prihatin dengan emisi karbon dan kerusakan Great Barrier Reef memaksa Adani untuk mengurangi target produksi dan menunda pengiriman batu bara pertama tambang itu selama enam tahun.