REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Ekspektasi dunia, China akan membuka diri lagi sepenuhnya tahun depan usai angka vaksinasi orang lanjut usia lebih baik, terus tumbuh. Sementara Beijing masih berusaha menahan penyebaran Covid-19.
Pakar kesehatan memperingatkan penyebaran infeksi dan angka kematian dapat merangkak naik. Bila peraturan Covid-19 dilonggarkan sementara vaksinasi tidak dipercepat.
Saham dan pasar China di seluruh dunia awalnya turun setelah unjuk rasa protes kebijakan ketat Covid-19 akhir pekan lalu di Shanghai, Beijing dan kota-kota lainnya. Tapi kemudian harapan pulih setelah tekanan dari masyarakat mendorong pemerintah China menggunakan pendekatan baru.
Pada Kamis (1/12/2022) Dana Moneter Internasional mengatakan bertambahnya wabah Covid-19 akan membebani aktivitas ekonomi China dalam jangka pendek. Lembaga itu menambahkan kalibrasi ulang kebijakan yang aman memungkinkan pertumbuhan ekonomi meningkat pada tahun 2023.
Peraturan ketat Covid-19 China berdampak pada aktivitas ekonomi negara itu pada tahun ini. Kini turut mengganggu rantai pasokan negara lain.
Menyusul data resmi pemerintah yang suram Rabu (30/11/2022) kemarin. Manufacturing purchasing managers' index Caixin/S&P Global menunjukkan aktivitas pabrik bulan November menyusut untuk keempat kalinya berturut-turut.
Selain melunakan pernyataan tentang keparahan Covid-19 sebagai respons atas ketidakpuasan masyarakat. Pemerintah China mencari orang-orang yang menggelar unjuk rasa.
Lembaga yang didanai pemerintah Amerika Serikat (AS), China Dissent Monitor memperkirakan ada 27 unjuk rasa yang digelar di China dari Sabtu (26/11/2022) sampai Senin (28/11/2022). Lembaga think tank ASPI asal Australia memperkirakan 43 unjuk rasa di 22 kota.