REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis telah mengembangkan teknologi enkripsi pascakuantum untuk keperluan pengiriman pesan diplomatik. Teknologi itu diciptakan guna mengantisipasi ancaman yang dapat dihadirkan komputer kuantum di masa mendatang.
“Besok, komputer kuantum yang cukup kuat akan dapat memecahkan semua algoritme kriptografi dan mendekode pesan kami. Untuk mengatasi ancaman ini, mengembangkan teknologi enkripsi pasca-kuantum menjadi perhatian strategis. Dan itulah yang kami lakukan,” kata Presiden Prancis Emmanuel Macron lewat akun Twitter resminya, Kamis (1/12/2022).
Kedutaan Besar (Kedubes) Prancis di Washington telah melakukan pengiriman pesan diplomatik pertama dengan menggunakan teknologi enkripsi pascakuantum pada Rabu (30/11/2022). Isi pesannya relatif mudah, yakni memorandum tentang kerja sama dengan Amerika Serikat (AS) di lapangan.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Prancis mengungkapkan, komunikasi terenkripsi dikirim menggunakan teknologi rintisan bernama CryptoNext. Menurut Kemenlu Prancis, negara tersebut telah menyiapkan dana sebesar 150 juta euro untuk pengembangan kriptografi tahan kuantum. Secara keseluruhan, Prancis menyiapkan 1,8 miliar euro untuk mengembangkan semua jenis teknologi kuantum.
Kemenlu Prancis mengatakan, langkah tersebut merupakan pendahuluan untuk perubahan infrastruktur digital kritis Prancis. Menjanjikan rencana tindakan pemerintah untuk bermigrasi ke kriptografi pasca-kuantum pada kuartal pertama 2023.
Komputasi kuantum adalah teknologi yang muncul dengan cepat dan menggabungkan kemajuan dalam pemahaman ilmiah tentang dunia subatomik dengan lompatan dalam teori informasi. Ia dikembangkan untuk memecahkan masalah matematika yang tidak mungkin dilakukan oleh komputer konvensional saat ini.
Komputer tradisional memproses informasi dalam bit yang dapat direpresentasikan dengan 0 atau 1. Sementara komputer kuantum menggunakan qubit, yang dapat menjadi kombinasi keduanya secara simultan. Hal itu memungkinkannya untuk memecahkan masalah matematis yang lebih kompleks.