REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Rusia membuka peluang untuk menjadi tuan rumah pertemuan antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Erdogan sebelumnya telah mengisyaratkan bersedia bertemu dengan Assad.
"Belum ada yang spesifik. Namun, ada kemungkinan seperti itu," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov ketika ditanya tentang kemungkinan pertemuan Erdogan dan Assad di Rusia, dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS, Jumat (2/12/2022).
Peskov mengungkapkan, Presiden Rusia Vladimir Putin telah berulang kali menyatakan bahwa kontak antara pemimpin Turki dan Suriah akan disambut baik. Sebab hal itu demi kepentingan perdamaian dan stabilitas di seluruh Suriah. “Tentu saja, pihak Rusia siap memfasilitasi ini dengan segala cara yang memungkinkan,” ujar Peskov.
Rusia diketahui merupakan sekutu utama pemerintahan Bashar al-Assad dalam memerangi kelompok teroris dan oposisi bersenjata di Suriah. Konflik sipil di negara tersebut telah berlangsung selama 11 tahun. Pekan lalu, Erdogan mengisyaratkan kesediaannya melakukan pertemuan dengan Assad.
“Itu mungkin (pertemuan dengan Assad). Tidak ada ruang untuk kebencian dalam politik. Pada akhirnya, langkah-langkah diambil dalam kondisi yang paling menguntungkan," kata Erdogan saat ditanya seorang reporter di parlemen Turki tentang kemungkinan pertemuannya dengan Assad, 23 November lalu, dikutip laman Al Arabiya.
Turki mengecam aksi brutal pasukan Suriah dalam menghadapi gelombang demonstrasi anti-pemerintah yang menjadi cikal bakal pecahnya konflik sipil pada 2011. Ankara pun mengutuk pemerintahan Bashar al-Assad. Pada Juli 2011, pembelot dari militer Suriah membentuk Pasukan Pembebasan Suriah atau Free Syrian Army (FSA).
Tujuan FSA adalah menumbangkan pemerintahan Bashar al-Assad. Turki pada akhirnya terlibat dalam intervensi militer di Suriah dan menyokong FSA. Tak hanya melawan pasukan pemerintahan Assad, Turki dan FSA pun bekerja sama dalam memerangi ISIS serta kelompok milisi Kurdi. Salah satu kelompok Kurdi yang menjadi target operasi Turki diketahui didukung Amerika Serikat (AS), yakni Pasukan Demokratik Suriah (SDF).