REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan Turki adalah salah satu negara yang paling banyak terpapar berita palsu atau hoaks. Menurutnya disinformasi menyebar sebagai tantangan selama proses digitalisasi negara.
"Turki adalah salah satu negara yang paling banyak terpapar berita palsu di dunia karena lokasinya yang strategis, kebijakan asli yang dikejarnya, dan pendiriannya yang berprinsip pada masalah regional dan global," kata Erdogan melalui rekaman video di KTT Startcom 2020, dikutip laman Anadolu Agency, Sabtu (3/12/2022).
KTT dua hari dimulai di Istanbul pada Jumat (2/12/2022) waktu setempat. Para peserta akan membahas topik global di bidang komunikasi strategis. Berkumpul dengan tema "Komunikasi Strategis di Era Ketidakpastian", platform ini akan menampilkan 52 pembicara dari lebih dari 24 negara dan lebih dari 3.000 audiens terkemuka.
Dalam kesempatannya membuka KTT, Erdogan mengatakan, transformasi besar sedang terjadi dalam alat komunikasi dan sumber berita dengan digitalisasi. Ia mengungkapkan bahwa polusi informasi dan disinformasi menyebar sebagai dua tantangan paling menonjol pada periode saat ini.
Presiden juga menekankan bahwa saluran digital lebih sering digunakan sebagai elemen operasi psikologis dalam ketegangan dan persaingan antar negara. "Kemunafikan selama perjuangan kita melawan organisasi teroris berdarah, terutama ISIS, FETO dan PKK, telah berulang kali mengungkap kebenaran yang mencolok ini," katanya.
"Terakhir, bahasa beberapa organisasi pers internasional yang kita saksikan setelah aksi teroris di Istiklal Avenue hampir dimainkan oleh para pelaku," imbuhnya.
Erdogan mengatakan diperlukan pemahaman baru tentang komunikasi yang berorientasi pada kebenaran. Pada 13 November, kelompok teror YPG/PKK melakukan serangan teror di Istiklal Avenue yang padat di Istanbul yang menewaskan enam orang dan melukai 81 lainnya.