REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Barat harus mempertimbangkan bagaimana memenuhi jaminan keamanan yang dibutuhkan Rusia. Bila Presiden Vladimir Putin sepakat menegosiasikan upaya mengakhiri perang di Ukraina.
Dalam rekaman wawancara yang disiarkan stasiun televisi TF1, Ahad (4/12/2022), saat ia berkunjung ke Amerika Serikat (AS) pekan lalu, Macron mengatakan Eropa harus mempersiapkan arsitektur keamanan masa depan.
"Ini artinya ada satu poin penting yang harus kami tangani, seperti yang selalu Presiden Putin katakan, ketakutan NATO dapat (Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara) tiba-tiba datang dan mengerahkan senjata yang mengancam Rusia," kata Macron.
"Topik itu akan menjadi bagian topik perdamaian, jadi kami harus mempersiapkan apa yang akan kami siapkan, bagaimana melindungi sekutu-sekutu kami dan negara anggota, dan bagaimana memberikan jaminan pada Rusia di hari mereka kembali ke meja negosiasi," tambahnya.
Pada pekan ini Rusia dan AS mengatakan mereka terbuka untuk melakukan pembicaraan prinsipil. Meski Presiden AS Joe Biden mengatakan ia hanya akan berbicara dengan Putin bila kepala Kremlin itu menunjukkan ketertarikannya untuk mengakhiri perang.
Ukraina mengatakan negosiasi hanya memungkinkan bila Rusia menghentikan serangan dan menarik pasukannya. Banyak pihak baik di Ukraina maupun Barat menentang keras setiap negosiasi dengan Putin.
Menurut sebagian pihak negosiasi hanya memberi Putin hadiah dengan konsesi setelah perang 10 bulan. Terutama saat pasukan Ukraina berhasil memukul mundur Rusia di sebagian besar wilayahnya dalam tiga bulan terakhir.
Namun pernyataan Macron menunjukkan rasa simpatik pada kebutuhan Moskow pada jaminan keamanan. Permintaan itu merupakan fokus dari diplomasi intens tapi gagal sebelum perang terjadi.
Pada 8 Februari, satu pekan sebelum Rusia menggelar invasi, dalam konferensi pers gabungan dengan Macron di Moskow, Putin mengatakan Rusia masih mencoba meminta jawaban dari Barat pada tiga permintaan keamanannya.
Satu, tidak ada lagi perluasan NATO, dua, tidak ada lagi pengerahan rudal dekat perbatasan dan yang ketiga menurunkan skala infrastruktur NATO di Eropa ketingkat yang sama pada tahun 1997. Pada saat itu AS mengatakan permintaan Rusia "bukan permulaan."