Selasa 06 Dec 2022 23:55 WIB

Menlu Retno: Forum AIS Harus Bersinergi dengan Inisiatif Global

KTT G20 memberi pelajaran penting bahwa semua negara bisa bentuk agenda global

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengatakan, KTT G20 memberikan dua makna penting untuk juga dapat membimbing negara-negara dalam forum Archipelagic and Island States Forum (AIS).
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengatakan, KTT G20 memberikan dua makna penting untuk juga dapat membimbing negara-negara dalam forum Archipelagic and Island States Forum (AIS).

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengatakan, KTT G20 memberikan dua makna penting untuk juga dapat membimbing negara-negara dalam forum Archipelagic and Island States Forum (AIS). Dunia kini berada di tengah tantangan global yang kompleks mulai dari pandemi, ancaman resesi, ketegangan geopolitik hingga perubahan iklim.

"KTT G20 memberi kita dua pelajaran penting, pertama, semua negara, besar dan kecil, utara dan selatan memiliki kedudukan yang sama dalam membentuk agenda global," ujar Retno membuka Forum AIS, dalam keterangan resmi Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, Selasa (6/12/2022).

Menurut Retno semua negara memiliki tanggung jawab dalam tata kelola global. Indonesia juga membuktikan bahwa negara berkembang bisa memimpin.

"Kedua, kita harus fokus pada pencapaian hasil yang nyata dan berdampak bagi masyarakat kita dan dunia," lanjut Retno.

Retno mencatat bahwa kepresidenan Indonesia di G20 tidak hanya menghasilkan narasi, namun juga setidaknya 361 proyek konkrit senilai sekitar 300 miliar dolar AS, beberapa di antaranya didedikasikan untuk Small Island Developing States/Negara Berkembang Pulau Kecil (SIDS). Indonesia juga berkontribusi dalam proyek-proyek untuk memperkuat ketahanan pangan di SIDS Pasifik dan untuk membangun Pengurangan Risiko Bencana dan kapasitas adaptasi perubahan iklim di negara-negara CARICOM.

"Kedua pelajaran ini juga harus membimbing kita di Forum AIS ini," tegas Retno. Forum AIS dinilai untuk menekankan semangat yang sama, yakni semangat kolaborasi.

Solusi win - win, kata Retno, harus dikedepankan daripada solusi zero-sum. Sehingga dapat menghasilkan promosi pembagian beban bukan pemindahan beban dalam menyelesaikan tantangan global yang dihadapi.

Oleh karenanya, lanjutnya, Forum AIS harus berfungsi sebagai platform kolaborasi untuk mengatasi tantangan global, termasuk melalui sinergi dengan inisiatif lain. Kemudian, Retno mengatakan, hal kedua dalam Forum AIS yang mesti diperhatikan adalah memperkuat persatuan untuk memajukan tujuan bersama.

Dalam hal ini Retno menyinggung pernyataan bersama pada COP 26 di Glasgow. Pernyataan tersebut juga ditekankan harus melampaui menuju tindakan nyata.

"Ekonomi laut yang berkelanjutan adalah salah satu penyebab umum yang dapat menyatukan kita. Bagaimanapun, kita semua bergantung pada laut untuk makanan dan mata pencaharian," ujarnya.

"Namun lautan juga memberi kita tantangan yang sangat besar. Dibiarkan tidak tertangani jika mau kita, negara kepulauan dan kepulauan yang menanggung beban paling berat," ujarnya menambahkan.

Retno juga mengajak untuk memperkuat kemitraan di forum AIS. Indonesia pun akan menjadi tuan rumah pertemuan AIS tahun depan.

"Mari kita terus memperkuat kemitraan kita di AIS Forum dan saya menantikan Pertemuan Tingkat Tinggi pertama AIS Forum atau KTT AIS yang akan diselenggarakan oleh Indonesia tahun depan," kata Retno

"Dan untuk lebih mempererat kemitraan Indonesia dengan negara-negara Pasifik, besok Indonesia juga akan menjadi tuan rumah Indonesia Pacific Forum for Development," tukasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement