REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Drone kembali menyerang perbatasan Rusia pada Selasa (6/12/2022). Pejabat Ukraina tidak secara resmi mengkonfirmasi melakukan serangan pesawat tak berawak di dalam Rusia dan tetap mempertahankan ambiguitas seperti serangan profil tinggi sebelumnya.
Juru bicara Istana Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, pihak berwenang Rusia akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan perlindungan fasilitas utama. Blogger Rusia yang umumnya memelihara kontak dengan pejabat di militer negara mengkritik kurangnya tindakan defensif.
Kebakaran terjadi di bandara di wilayah Kursk selatan Rusia yang berbatasan dengan Ukraina setelah. Gubernur Kursk menyatakan pada Selasam pristiwa ini akibat sebuah pesawat tak berawak menghantam fasilitas itu.
Dalam insiden kedua, pabrik industri 80 kilometer dari perbatasan Ukraina juga menjadi sasaran drone, yang melewatkan depot bahan bakar di lokasi tersebut. "Mereka akan memiliki lebih sedikit peralatan penerbangan setelah rusak akibat ledakan misterius ini,” kata juru bicara Komando Angkatan Udara Angkatan Bersenjata Ukraina Yurii Ihnat.
"Tidak diragukan lagi ini adalah berita yang sangat bagus karena jika satu atau dua pesawat gagal, maka di masa depan, beberapa pesawat lagi mungkin akan gagal. Ini mengurangi kemampuan mereka," ujarnya.
Moskow menyalahkan Kiev atas serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di dua pangkalan udara pada Senin (5/12/2022). Serangan terhadap pangkalan Engels di wilayah Saratov di Sungai Volga dan pangkalan Dyagilevo di wilayah Ryazan di Rusia barat adalah beberapa yang paling berani di dalam Rusia selama perang.
Sebagai tanggapan, pasukan Rusia melakukan gelombang serangan rudal lainnya di wilayah Ukraina yang menghantam rumah dan bangunan serta membunuh warga sipil. Serangan ini memperparah kerusakan yang terjadi pada listrik dan infrastruktur lainnya selama berminggu-minggu serangan rudal.
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, Rusia kemungkinan akan mempertimbangkan serangan terhadap pangkalannya lebih dari 500 kilometer dari perbatasan dengan Ukraina sebagai beberapa kegagalan perlindungan pasukan yang paling strategis sejak invasi ke Ukraina. Dalam pembaruan intelijen harian tentang perang di Ukraina, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, para pengebom kemungkinan akan disebarkan ke lapangan udara lain.
Drone Tu-141 Strizh (Swift) mulai beroperasi dengan angkatan udara Uni Soviet pada 1970-an dan dirancang untuk tugas pengintaian. Armada ini dapat dilengkapi dengan hulu ledak yang secara efektif berubah menjadi rudal jelajah.
Tidak seperti drone modern, generasi ini hanya dapat bertahan di udara untuk waktu terbatas dan terbang langsung ke target yang ditentukan. Teknologinya yang sudah ketinggalan zaman membuatnya mudah dideteksi oleh sistem pertahanan udara modern dan mudah ditembak jatuh. Drone buatan Soviet lainnya dalam persediaan angkatan bersenjata Ukraina, Tu-143 Reis (Flight) memiliki jangkauan yang jauh lebih pendek sekitar 180 kilometer.
Analis politik pro-Istana Kremlin Sergei Markov mengatakan, serangan terbaru oleh Ukraina telah menimbulkan pertanyaan tentang keamanan pangkalan udara militer Rusia. Pangkalan Engels menampung pesawat pembom strategis berkemampuan nuklir Tu-95 dan Tu-160 yang telah terlibat dalam serangan di Ukraina. Dyagilevo menampung pesawat tanker yang digunakan untuk pengisian bahan bakar di udara.