Ahad 11 Dec 2022 08:54 WIB

Delegasi AS Bersiap Kunjungi China, Ini yang Akan Dibahas

China menginginkan hubungan yang stabil dengan AS dalam jangka pendek

Rep: dwina agustin/ Red: Hiru Muhammad
Presiden AS Joe Biden berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping sebelum pertemuan mereka di sela-sela pertemuan puncak G20, Senin, 14 November 2022, di Nusa Dua, di Bali, Indonesia.
Foto: AP/Alex Brandon
Presiden AS Joe Biden berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping sebelum pertemuan mereka di sela-sela pertemuan puncak G20, Senin, 14 November 2022, di Nusa Dua, di Bali, Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Delegasi tingkat tinggi Amerika Serikat (AS) akan melakukan perjalanan ke Cina pada pekan depan. Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada Sabtu (10/12), kunjungan kerja ini untuk menindaklanjuti pembicaraan Presiden AS Joe Biden baru-baru ini dengan Presiden China Xi Jinping dan mempersiapkan kunjungan Menteri Luar Negeri Antony Blinken ke sana awal tahun depan.

Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik Daniel Kritenbrink dan Direktur Senior Dewan Keamanan Nasional untuk Cina dan Taiwan Laura Rosenberger akan melakukan perjalanan ke China, Korea Selatan dan Jepang dari 11-14 Desember. Delegasi akan menindaklanjuti pertemuan untuk terus mengelola persaingan antara kedua negara secara bertanggung jawab dan untuk menjajaki bidang kerja sama potensial. Mereka juga akan meletakkan dasar untuk kunjungan Blinken.

Baca Juga

Pengumuman itu mengikuti komentar seorang pejabat senior Gedung Putih bahwa China menginginkan hubungan yang stabil dengan AS dalam jangka pendek. Tindakan ini dilakukan dalam upaya menghadapi tantangan ekonomi domestik dan penolakan di Asia terhadap diplomasi Beijing.

Biden dan Xi terlibat dalam pembicaraan blak-blakan mengenai Taiwan dan Korea Utara di sela-sela konfernesi puncak G20 di Indonesia pada pertengahan November. Kedua pemimpin berjanji untuk lebih sering berkomunikasi pada saat perbedaan yang membara juga mengenai hak asasi manusia, invasi Rusia ke Ukraina, dan masalah ekonomi.

Frustrasi atas protokol Covid-19 yang ketat berubah menjadi protes yang meluas bulan lalu, pertunjukan ketidakpuasan publik terbesar sejak Xi berkuasa pada 2012. Aturan tersebut telah berkontribusi pada perlambatan ekonomi.

Koordinator Indo-Pasifik Gedung Putih Kurt Campbell mengatakan sebelumnya, bahwa masalah tersebut, ditambah dengan persepsi bahwa China telah memusuhi banyak negara tetangga membuatnya tertarik pada hubungan yang lebih dapat diprediksi dengan AS dalam jangka pendek. Campbell berbicara pada acara Forum Keamanan Aspen di Washington usai AS mengumumkan rencana untuk meningkatkan kehadiran militernya secara bergilir di Australia di tengah keprihatinan bersama tentang China. 

 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement