Kamis 15 Dec 2022 20:55 WIB

Pakistan Tandatangani Pinjaman 475 Juta Dolar Dengan ADB

Pakistan telah melakukan kesepakatan sebesar 2,7 miliar dolar dengan ADB.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
 Orang-orang yang terkena banjir menunggu bantuan di tempat penampungan sementara di pinggiran distrik Dera Ismail Khan, Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan, 28 September 2022. Menurut otoritas manajemen bencana, sekitar 160 jembatan dan 5.000 km (3.200 mil) jalan hancur. atau rusak, 3,5 juta hektar tanaman terpengaruh dan sekitar 800.000 ternak hilang. Lebih dari 33 juta orang terkena dampak banjir, kata menteri perubahan iklim negara itu Sherry Rehman.
Foto: EPA-EFE/SAOOD REHMAN
Orang-orang yang terkena banjir menunggu bantuan di tempat penampungan sementara di pinggiran distrik Dera Ismail Khan, Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan, 28 September 2022. Menurut otoritas manajemen bencana, sekitar 160 jembatan dan 5.000 km (3.200 mil) jalan hancur. atau rusak, 3,5 juta hektar tanaman terpengaruh dan sekitar 800.000 ternak hilang. Lebih dari 33 juta orang terkena dampak banjir, kata menteri perubahan iklim negara itu Sherry Rehman.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Menteri Ekonomi Pakistan mengatakan negara itu menandatangani pinjaman bantuan banjir sebesar 475 juta dolar AS dengan Bank Pembangunan Asia (ADB). Selama satu tahun ini Pakistan telah melakukan kesepakatan sebesar 2,7 miliar dolar dengan ADB.

Banjir yang dipicu hujan musiman yang tidak normal dan mencairnya gleser menenggelamkan sebagian negara itu tahun ini. Bencana tersebut menewaskan hampir 1.700 orang, sebagian besar anak-anak dan perempuan.

Menteri Ayaz Sadiq mengatakan pinjaman konsesi ADB ditandatangani pada tingkat 1 persen dalam jangka waktu 40 tahun.

"Kesan yang disebarluaskan, mudah-mudahan tidak, Pakistan akan bangkrut, atau sedang krisis keuangan. Tidak ada yang seperti itu," kata Sadiq, Kamis (15/12/2022).

"Jika ada situasi seperti itu, ADB tidak akan menandatangani pinjaman ini dengan kami hari ini," tambahnya.

Pakistan berjuang membayar utang luar negeri saat cadangan devisanya hampir tidak cukup untuk menutupi impor satu bulan. Negara itu sedang dilanda inflasi tertinggi beberapa dekade terakhir.

Pakistan mendekati sekutu-sekutunya untuk mendapatkan bantuan keuangan. Sejak September lalu peninjauan kesembilan dari Dana Moneter Internasional (IMF) untuk program bailout 2019 telah tertunda.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement