Sabtu 17 Dec 2022 13:17 WIB

Lembaga Kesehatan Prediksi China Hadapi Ledakan Kasus Covid-19 Tahun Depan

Pencabutan pembatasan Covid-19 yang ketat di China dapat mengakibatkan ledakan kasus

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
 Seorang pria menjalani tes PCR Coronavirus di bilik pengujian jalanan, di Shanghai, China, 14 Desember 2022. China tidak akan lagi melaporkan kasus Covid-19 tanpa gejala dalam laporan hariannya, menurut pengumuman Komisi Kesehatan Nasional pada 14 Desember. Dengan pelonggaran pembatasan Covid-19, peningkatan jumlah infeksi beredar di Shanghai. Tahun ini musim liburan dihiasi dengan orang-orang yang tinggal di rumah pulih dari virus. Pusat perbelanjaan dan restoran sebagian besar kosong, sementara orang terlihat di jalanan pada pagi hari sebelum dan sore hari setelah bekerja.
Foto: EPA-EFE/ALEX PLAVEVSKI
Seorang pria menjalani tes PCR Coronavirus di bilik pengujian jalanan, di Shanghai, China, 14 Desember 2022. China tidak akan lagi melaporkan kasus Covid-19 tanpa gejala dalam laporan hariannya, menurut pengumuman Komisi Kesehatan Nasional pada 14 Desember. Dengan pelonggaran pembatasan Covid-19, peningkatan jumlah infeksi beredar di Shanghai. Tahun ini musim liburan dihiasi dengan orang-orang yang tinggal di rumah pulih dari virus. Pusat perbelanjaan dan restoran sebagian besar kosong, sementara orang terlihat di jalanan pada pagi hari sebelum dan sore hari setelah bekerja.

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Pencabutan pembatasan Covid-19 yang ketat di China dapat mengakibatkan ledakan kasus dan lebih dari satu juta kematian hingga 2023. Jumlah ini berasal dari proyeksi baru dari Institute of Health Metrics and Evaluation (IHME) yang berbasis di Amerika Serikat (AS).

Menurut proyeksi kelompok tersebut, kasus di China akan mencapai puncaknya sekitar 1 April, dengan kematian akan mencapai 322 ribu kasus. Direktur IHME Christopher Murray menyatakan, sekitar sepertiga populasi China akan terinfeksi pada saat itu.

Otoritas kesehatan nasional China belum melaporkan kematian Covid-19 resmi sejak pencabutan pembatasan. Kematian resmi terakhir dilaporkan pada 3 Desember. Total kematian akibat pandemi mencapai 5.235 jiwa.

China mencabut beberapa pembatasan terberat di dunia pada awal Desember setelah protes publik yang belum pernah terjadi sebelumnya meletus. Sekarang negara itu mengalami lonjakan infeksi, dengan kekhawatiran Covid-19 dapat melanda 1,4 miliar populasinya selama liburan Tahun Baru Imlek bulan depan.

"Tidak ada yang mengira mereka akan tetap berpegang pada zero-Covid selama mereka melakukannya," kata Murray pada ketika proyeksi IHME dirilis secara daring pada Jumat (16/12/2022).

Kebijakan zero-Covid mungkin efektif untuk mencegah varian virus sebelumnya. Namun menurut Murray, penularan yang tinggi dari varian Omicron membuatnya tidak mungkin untuk dipertahankan.

Sedangkan pakar lain memperkirakan sekitar 60 persen populasi China pada akhirnya akan terinfeksi. Puncaknya diperkirakan pada Januari dan paling parah menyerang populasi yang rentan, seperti orang tua dan kelompok yang memiliki kondisi yang sudah ada sebelumnya.

Kekhawatiran utama termasuk kumpulan besar individu yang rentan di China. Penggunaan vaksin yang kurang efektif dan cakupan vaksin yang rendah di antara mereka yang berusia 80 tahun ke atas, yang paling berisiko terkena penyakit parah.

Studi lain yang diterbitkan Juli 2022 di Nature Medicine oleh para peneliti di  School of Public Health at Fudan University di Shanghai memperkirakan bahwa larangan gelombang Omicron akan mengakibatkan 1,55 juta kematian selama periode enam bulan. Permintaan puncak untuk unit perawatan intensif 15,6 kali lebih tinggi. dari kapasitas yang ada.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement