Ahad 18 Dec 2022 06:38 WIB

Dukung Aksi Unjuk Rasa, Aktris Kenamaan Iran Ditangkap

Alidoosti dibekuk karena dianggap menghasut kekacauan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Bendera Iran berkibar di belakang pagar kedutaan Iran ketika para aktivis hak asasi manusia berdemonstrasi menentang eksekusi pegulat Iran Navid Afkari, di kedutaan Iran di Berlin, Jerman, 12 September 2020.
Foto: EPA-EFE/ALEXANDER BECHER ID: 9542194
Bendera Iran berkibar di belakang pagar kedutaan Iran ketika para aktivis hak asasi manusia berdemonstrasi menentang eksekusi pegulat Iran Navid Afkari, di kedutaan Iran di Berlin, Jerman, 12 September 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Otoritas Iran telah menangkap warganya yang juga merupakan aktris kondang, yakni Taraneh Alidoosti (38 tahun), Sabtu (17/12). Dia ditahan karena mendukung gelombang demonstrasi yang kini tengah melanda Iran.

Kantor berita Tasnim dalam laporannya mengungkapkan, Alidoosti dibekuk karena menerbitkan konten palsu dan menyimpang serta menghasut kekacauan.

Baca Juga

Pada 8 Desember lalu, Alidoosti, yang dikenal industri perfilman global berkat perannya dalam film “The Salesman” membuat unggahan di akun Instagram pribadinya.

Alidoosti menuliskan bahwa keheningan berarti dukungan terhadap penindasan. Dia pun memuat seruan tersirat agar organisasi-organisasi internasional turun tangan dan mendukung masyarakat Iran. “Setiap organisasi internasional yang menyaksikan pertumpahan darah ini dan tidak mengambil tindakan apa pun, merupakan aib bagi kemanusiaan,” tulis Alidoosti.

Unggahan itu dipublikasikan Alidoosti di hari yang sama ketika Iran mengeksekusi Mohsen Shekari (23 tahun). Shekari merupakan warga pertama yang harus menjalani hukuman mati sebagai konsekuensi berpartisipasi dalam unjuk rasa.

Iran juga telah menghukum gantung seorang warga lainnya, yakni Majidreza Rahnavard (23 tahun) pada 12 Desember lalu. Selain mereka berdua, terdapat sembilan warga lainnya yang dilaporkan telah dihukum mati.

Alidoosti tidak hanya sekali membuat unggahan yang menunjukkan keberpihakannya pada tuntutan massa pengunjuk rasa di negaranya. Pada 9 November lalu, dia pernah mengunggah foto dirinya tanpa kerudung dengan memegang kertas bertuliskan “Perempuan, Hidup, Kebebasan”. Tiga kata itu telah menjadi slogan dalam gelombang demonstrasi di Iran.

Saat ini Iran tengah dibekap krisis akibat gelombang unjuk rasa memprotes kematian Mahsa Amini, perempuan berusia 22 tahun. Pada 13 September lalu, dia ditangkap polisi moral Iran di Teheran. Penangkapan tersebut dilakukan karena hijab yang dikenakan Amini dianggap tak ideal. Di Iran memang terdapat peraturan berpakaian ketat untuk wanita, salah satunya harus mengenakan hijab saat berada di ruang publik.

Setelah ditangkap polisi moral, Amini ditahan. Ketika berada dalam tahanan, dia diduga mengalami penyiksaan. PBB mengaku menerima laporan bahwa Amini dipukuli di bagian kepala menggunakan pentungan. Selain itu, kepala Amini pun disebut dibenturkan ke kendaraan.

Setelah ditangkap dan ditahan, Amini memang tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit. Kepolisian Teheran mengklaim, saat berada di tahanan, Amini mendadak mengalami masalah jantung. Menurut keterangan keluarga, Amini dalam keadaan sehat sebelum ditangkap dan tidak pernah mengeluhkan sakit jantung. Amini dirawat dalam keadaan koma dan akhirnya mengembuskan napas terakhirnya pada 16 September lalu.

Kematian Amini dan dugaan penyiksaan yang dialaminya seketika memicu kemarahan publik. Warga Iran turun ke jalan dan menggelar demonstrasi untuk memprotes tindakan aparat terhadap Amini. Perempuan-perempuan Iran turut berpartisipasi dalam aksi tersebut. Mereka bahkan melakukan aksi pembakaran hijab sebagai bentuk protes.

Sejauh ini, ribuan warga Iran yang berpartisipasi dalam demonstrasi telah ditangkap. Sekitar 400 di antaranya sudah menerima vonis penjara hingga 10 tahun. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement