REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Sejumlah layanan dasar publik di Ibu Kota Ukraina, Kiev sedang dipulihkan setelah gelombang serangan udara terbaru Rusia terhadap infrastruktur penting. Wali Kota Kiev, Vitali Klitschko mengatakan, seperempat kota tetap tanpa pemanas tetapi sistem metro telah kembali berfungsi dan semua penduduk telah terhubung kembali ke pasokan air pada pagi hari.
"Hanya sekitar sepertiga dari kota tetap tanpa listrik, namun pemadaman darurat masih akan diterapkan untuk menghemat listrik karena defisit listriknya signifikan,” ujar Klitschko di aplikasi pesan Telegram.
Para pejabat Ukraina mengatakan, Rusia menembakkan lebih dari 70 rudal pada Jumat (16/12). Ini menjadi salah satu serangan terberat sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari. Serangan ini memaksa pemadaman listrik darurat secara nasional.
Awal bulan ini, Klitschko telah memperingatkan skenario "kiamat" untuk ibu kota jika serangan udara Rusia pada infrastruktur berlanjut. Namun dia juga mengatakan, warga Kota Kiev belum perlu dievakuasi.
“Kami berjuang dan melakukan segala upaya yang kami bisa untuk memastikan hal ini tidak terjadi,” kata Klitschko kepada Reuters pada 7 Desember.
Di tengah kabut musim dingin, para pejabat membuka kembali jembatan penyeberangan populer yang telah rusak selama serangan udara sebelumnya dan mendirikan pohon Natal yang lebih kecil dari biasanya di alun-alun.
Ruang luas di depan Katedral St. Sophia yang berusia berabad-abad secara tradisional dipasang pohon cemara raksasa saat Natal. Namun pada perayaan Natal tahun ini, para pejabat memilih pohon buatan sepanjang 12 meter yang dihiasi dengan lampu hemat energi dengan tenaga generator.
Umat Kristen Ortodoks merupakan mayoritas dari 43 juta penduduk Ukraina. Klitschko mengatakan, pohon Natal itu didanai oleh para donor dan bisnis. Selain itu, tidak ada perayaan Natal publik seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Saya ragu ini akan menjadi hari libur yang sesungguhnya,” kata seorang penduduk Kiev Iryna Soloychuk, yang datang bersama putrinya untuk melihat pohon itu beberapa jam setelah putaran peringatan serangan udara meraung di seluruh negeri.
“Tapi kita harus mengerti bahwa kita semua bersama, bahwa kita harus saling membantu," kata Soloychuk.