REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris pada Ahad (18/12/2022) mengerahkan 1.200 tentara untuk menggantikan pengemudi ambulans dan staf perbatasan yang melangsungkan aksi mogok kerja nasional. Beberapa serikat pekerja sektor publik sepakat untuk menggelar aksi mogok kerja nasional menuntut kenaikan gaji di tengah meningkatnya inflasi.
Awak ambulans akan menggelar aksi mogok pada Rabu (21/12/2022) mendatang bergabung dengan perawat, staf kereta api, petugas paspor dan pekerja pos. Gelombang aksi mogok paling intens pertama kalinya terjadi di Inggris selama beberapa dekade. Aksi ini tanggapan terhadap krisis biaya hidup yang didorong oleh melonjaknya harga makanan dan energi setelah pandemi Covid-19 dan invasi Rusia ke Ukraina.
Sekitar 417.000 hari kerja hilang akibat pemogokan di bulan Oktober. Ini menjadi jumlah tertinggi dalam satu dekade. Serikat pekerja menginginkan kenaikan gaji untuk mengimbangi inflasi, yang mencapai 10,7 persen pada November, atau turun sedikit dari 11,1 persen pada Oktober. Inggris mengalami inflasi tertinggi dalam 40 tahun.
Pemerintah memperkirakan bahwa opini publik akan berbalik melawan serikat pekerja karena orang-orang di seluruh Inggris menghadapi penundaan janji temu di rumah sakit, pembatalan kereta api, dan penundaan perjalanan selama liburan musim dingin. Tetapi jajak pendapat menunjukkan tingkat dukungan yang tinggi terhadap para pekerja, terutama perawat.
Aksi mogok para perawat kesehatan terjadi di seluruh Inggris, Wales, dan Irlandia Utara. Ini adalah aksi mogok pertama dalam 100 tahun sejarah serikat perawat Inggris, atau Royal College of Nursing. Perawat dan kru ambulans mengatakan mereka masih akan menanggapi keadaan darurat selama aksi mogok.
“Kami telah memberikan komitmen bahwa anggota kami akan bergegas keluar dari jalur piket dan masuk ke ambulans jika ada keadaan darurat yang perlu ditangani,” kata Pemimpin serikat pekerja Unite, Onay Kasab.
Tetapi Kepala badan layanan kesehatan Inggris NHS, Matthew Taylor, mengatakan, aksi mogok para perawat dan paramedis akan pasien akan berisiko. Dia meminta pemerintah dan serikat pekerja untuk berkompromi.
"Kami berada di tengah musim dingin dan kami memiliki layanan kesehatan yang, bahkan pada hari biasa tanpa aksi industri, sulit untuk mengatasinya. Jadi akan ada risiko bagi pasien," ujar Taylor kepada BBC.
Perawat menginginkan kenaikan gaji 19 persen, dengan alasan mereka telah mengalami pemotongan gaji selama satu dekade. Mereka mengatakan, dengan gaji rendah maka akan terjadi kekurangan staf, serta perawatan yang tidak aman untuk pasien.
Pemerintah Inggris berpendapat bahwa kenaikan gaji sebesar dua digit akan mendorong inflasi lebih tinggi. Pemerintah menuding langkah para pemimpin serikat pekerja sebagai penyebab gejolak ekonomi.
“Kami membuat kemajuan dengan ekonomi. Jangan mempertaruhkan itu dengan permintaan yang tidak terjangkau ini,” kata Menteri kabinet Oliver Dowden kepada BBC.