REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran bersiap untuk meluncurkan dua satelit ke luar angkasa pada akhir Maret 2023. Menteri Telekomunikasi, Issa Zarepour, pada Ahad (18/12/2022) mengatakan, sebelumnya Iran telah berhasil menguji sebuah peluncur roket.
“Satelit Nahid 1 dan Nahid 2 sedang disiapkan,” kata Zarepour seperti dikutip kantor berita resmi IRNA.
Nahid adalah nama yang diberikan untuk serangkaian satelit telekomunikasi yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Antariksa Iran. Pada awal November, televisi pemerintah Iran mengumumkan peluncuran suborbital yang sukses dari peluncur satelit bernama Ghaem-100.
Roket Ghaem-100 diproduksi oleh organisasi kedirgantaraan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC). Ini merupakan peluncur satelit bahan bakar padat tiga tahap pertama yang dimiliki oleh Iran.
Iran berhasil menempatkan satelit militer pertamanya ke orbit pada April 2020. Hal ini menuai teguran keras dari Washington. Pada Agustus tahun ini, satelit Iran lainnya bernama Khayyam, diluncurkan oleh Rusia dengan roket Soyuz-2.1b dari Kosmodrom Baikonur di Kazakhstan. Badan antariksa Iran mengatakan perangkat itu dibangun oleh Rusia di bawah pengawasan Iran.
Amerika Serikat (AS) menuding, Khayyam akan memiliki kemampuan mata-mata yang signifikan. Menurut Washington, aliansi Rusia-Iran yang semakin menjadi “ancaman besar” bagi dunia.
Badan antariksa Iran menolak tuduhan AS. Mereka mengatakan, tujuan peluncuran satelit Khayyam adalah untuk memantau perbatasan negara dan membantu pengelolaan sumber daya alam dan pertanian.
Amerika Serikat telah berulang kali menyuarakan keprihatinan bahwa peluncuran satelit dapat meningkatkan teknologi rudal balistik Iran, dan memperluas potensi pengiriman hulu ledak nuklir. Tetapi Iran menegaskan bahwa peluncuran itu tidak bertujuan untuk membuat senjata nuklir. Iran mengatakan peluncuran satelit dan roket hanya untuk tujuan sipil atau pertahanan.