REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht mengatakan negaranya tidak akan membeli lagi tank infantri Puma sampai tank jenis itu terbukti andal. Hal ini disampaikan setelah beberapa tank berhenti digunakan usai latihan militer.
"Kegagalan kendaraan tempur infanteri Puma baru-baru ini merupakan kemunduran besar," kata Lambrecht dalam pernyataannya, Senin (19/12/2022).
Ia menambahkan sudah meminta agar laporan mengenai kegagalan tersebut diserahkan akhir pekan depan. Saham Rheinmetall yang memproduksi Puma bersama Krauss-Maffei Wegmann (KMW), turun 7 persen sejak kementerian pertahanan Jerman mengumumkan keputusannya.
"Pasukan kami harus dapat mengandalkan sistem senjata yang kuat dan stabil di setiap pertempuran," kata Lambrecht.
Ia memastikan sekutu-sekutu Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dapat terus mengandalkan Berlin untuk memenuhi kewajibannya siaga di gugus tugas gabungan (VJTF) dari tahun 2023.
Dalam pernyataannya Kementerian Pertahanan Jerman mengatakan tujuannya memastikan tank Puma dapat beroperasi secepatnya. Sementara mulai dari 1 Januari Angkatan Bersenjata Jerman akan menggunakan tank Marder yang merupakan pendahulu Puma.
Juru bicara kementerian pertahanan mengatakan langkah ini merupakan "solusi mundur". Baik Rheinmetall maupun KMW belum memberikan komentar tentang tank Puma.
Majalah Spiegel melaporkan selama akhir pekan 18 tank yang seharusnya digunakan dalam gugus tugas gabungan NATO tahun depan tidak beroperasi karena masalah yang muncul saat latihan menembak.
Setelah Rusia menginvasi Ukraina pada awal tahun ini Jerman berjanji untuk menambah anggaran pertahanan dan memodernisasi militernya. Pada tahun ini pemerintah Kanselir Olaf Scholz menganggarkan 100 miliar euro untuk investasi pertahanan.