Rabu 21 Dec 2022 00:33 WIB

Bank Dunia Setujui Pembiayaan Bantuan Banjir Pakistan

Banjir Pakistan menewaskan hampir 1.700 orang dan merusak lahan pertanian.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
 Penduduk Pakistan membangun kembali rumah yang rusak akibat banjir, di distrik Mirpur Khas, provinsi Sindh, Pakistan, 10 Oktober 2022. Menurut otoritas penanggulangan bencana, sekitar 160 jembatan dan 5.000 km (3.200 mil) jalan hancur atau rusak, 3,5 juta hektar tanaman terpengaruh, dan sekitar 800.000 ternak hilang. Lebih dari 33 juta orang terkena dampak banjir, kata Menteri Perubahan Iklim negara itu Sherry Rehman.
Foto: EPA-EFE/REHAN KHAN
Penduduk Pakistan membangun kembali rumah yang rusak akibat banjir, di distrik Mirpur Khas, provinsi Sindh, Pakistan, 10 Oktober 2022. Menurut otoritas penanggulangan bencana, sekitar 160 jembatan dan 5.000 km (3.200 mil) jalan hancur atau rusak, 3,5 juta hektar tanaman terpengaruh, dan sekitar 800.000 ternak hilang. Lebih dari 33 juta orang terkena dampak banjir, kata Menteri Perubahan Iklim negara itu Sherry Rehman.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Bank Dunia menyetujui pendanaan sebesar 1,69 miliar dolar AS untuk proyek bantuan banjir di Pakistan. Tekanan ekonomi Pakistan diperburuk banjir pada awal tahun ini.

Banjir tersebut menenggelamkan banyak wilayah negara Asia Tengah itu. Bencana tersebut menewaskan hampir 1.700 orang dan merusak lahan pertanian dan infrastruktur.

Baca Juga

Dalam pernyataannya, Selasa (20/12) Bank Dunia mengatakan pembiayaan itu bertujuan untuk proyek-proyek bantuan di Provinsi Sindh. Daerah sebelah timur Pakistan itu menjadi daerah paling terdampak banjir.

Pekan lalu Menteri Ekonomi Pakistan mengatakan negaranya telah menandatangani pinjaman bantuan banjir sebesar 475 juta dolar AS dengan Bank Pembangunan Asia (ADB). Maka selama satu tahun ini Pakistan melakukan kesepakatan sebesar 2,7 miliar dolar dengan ADB.

Banjir dipicu hujan musiman yang tidak normal dan mencairnya gleser. Menteri Ayaz Sadiq mengatakan pinjaman konsesi ADB ditandatangani pada tingkat 1 persen dalam jangka waktu 40 tahun.

"Kesan yang disebarluaskan, mudah-mudahan tidak, Pakistan akan bangkrut, atau sedang krisis keuangan. Tidak ada yang seperti itu," kata Sadiq, Kamis (15/12/2022) pekan lalu.

"Jika ada situasi seperti itu, ADB tidak akan menandatangani pinjaman ini dengan kami hari ini," tambahnya. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement