Rabu 21 Dec 2022 06:05 WIB

PBB Berencana Gelar Climate Ambition Summit pada 2023

Penanganan perubahan iklim menjadi fokus utama dalam konferensi tersebut.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, dia berencana menggelar “Climate Ambition Summit” pada September tahun depan.
Foto: AP/Achmad Ibrahim
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, dia berencana menggelar “Climate Ambition Summit” pada September tahun depan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, dia berencana menggelar “Climate Ambition Summit” pada September tahun depan. Penanganan perubahan iklim menjadi fokus utama dalam konferensi tersebut.

''Undangan (ke konferensi) terbuka. Tapi ada harga masuk, dan harga masuk tidak dapat dinegosiasikan; (yakni) tindakan iklim yang kredibel, serius dan baru, serta solusi berbasis alam yang akan menggerakkan jarum ke depan dan menanggapi urgensi krisis iklim harus disajikan,” kata Guterres dalam konferensi pers tahunannya, Senin (19/12/2022), dikutip Anadolu Agency.

Guterres mengungkapkan, saat ini dunia masih bergerak ke arah yang salah untuk memerangi perubahan iklim. “Target (pembatasan pemanasan bumi hingga) 1,5 derajat (Celcius) terengah-engah. Rencana iklim nasional gagal total,” ujarnya.

Guterres mengatakan dia akan terus mendorong pakta solidaritas iklim. Dalam konteks ini, semua penghasil emisi besar harus melakukan upaya ekstra guna memangkas produksi emisi pada dekade ini. Sebab hal itu sejalan dengan tujuan pembatasan pemanasan bumi hingga 1,5 derajat Celcius.  

Dia meminta pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat sipil turut meningkatkan upaya mereka. ''Saya tidak pernah menolak keharusan bagi kita semua untuk menghadapi ancaman eksistensial ini, dan saya tidak akan mengalah,'' ucapnya.

Perjanjian Iklim Paris yang dicapai pada 2015 bertujuan membatasi pemanasan global hingga jauh di bawah 2 derajat Celcius. Targetnya adalah menjaga pemanasan bumi hanya hingga 1,5 derajat Celcius pada akhir abad ini. Dalam perjanjian itu, negara-negara diserukan mengurangi emisi mereka hingga separuhnya hingga 2030 dan turun menjadi nol pada 2050.

Sementara itu, pada Senin lalu, para negosiator dalam United Nations Biodiversity Conference (COP15) telah mencapai sejumlah kesepakatan dalam misi perlindungan keanekaragaman hayati di dunia. Penyediaan dana bagi negara miskin dan berkembang untuk pelaksanaan konservasi serta perlindungan hak-hak masyarakat adat merupakan dua poin penting dalam paket kesepakatan tersebut.

“Kami memiliki sebuah paket di tangan kami yang saya pikir dapat membimbing kita saat kita semua bekerja sama untuk menghentikan dan mengembalikan hilangnya keanekaragaman hayati serta menempatkan keanekaragaman hayati di jalur pemulihan untuk kepentingan semua orang di dunia. Kita bisa benar-benar bangga,” kata Menteri Lingkungan Hidup Cina Huang Runqui kepada para delegasi sebelum paket kesepakatan diadopsi pada Senin pagi.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement