Kamis 22 Dec 2022 05:35 WIB

ASEAN Desak Penyelamatan 200 Pengunsi Rohingya yang Terdampar di Laut

Kapal pengungsi Rohingya dilaporkan terombang-ambing di lepas pantai

Anggota dari Asean Parliamentarians for Human Rights (APHR) mendesak negara-negara anggota ASEAN dan negara lainnya di kawasan itu untuk segera menyelamatkan sebuah kapal yang mengangkut hingga 200 pengungsi Rohingya
Anggota dari Asean Parliamentarians for Human Rights (APHR) mendesak negara-negara anggota ASEAN dan negara lainnya di kawasan itu untuk segera menyelamatkan sebuah kapal yang mengangkut hingga 200 pengungsi Rohingya

REPUBLIKA.CO.ID., DHAKA -- Anggota dari Asean Parliamentarians for Human Rights (APHR) mendesak negara-negara anggota ASEAN dan negara lainnya di kawasan itu untuk segera menyelamatkan sebuah kapal yang mengangkut hingga 200 pengungsi Rohingya, di antaranya terdapat perempuan dan anak-anak.

Kapal tersebut dilaporkan terombang-ambing di lepas pantai Thailand, Malaysia, Indonesia dan India selama berminggu-minggu, kata Anggota Parlemen ASEAN untuk Hak Asasi Manusia (APHR) dalam sebuah pernyataan pada Selasa (20/12/2022).

“Kami mendesak negara-negara anggota ASEAN dan negara-negara lain di kawasan untuk memenuhi kewajiban kemanusiaan mereka dan meluncurkan operasi pencarian dan penyelamatan kapal jika memasuki perairan mereka, dan memungkinkan para pengungsi mendarat dengan benar,” kata Eva Sundari, anggota dewan APHR.

Menurut UNHCR, puluhan orang tewas di atas kapal yang terapung-apung di laut lepas sejak akhir November, sementara penumpang yang selamat mengalami kekurangan makanan, air, dan obat-obatan.

Menurut laporan media dan informasi dari organisasi hak asasi manusia (HAM), dua kapal lain yang membawa pengungsi Rohingya juga terombang-ambing di perairan ASEAN selama beberapa minggu terakhir.

Satu kapal yang membawa 154 pengungsi diselamatkan oleh kapal layanan minyak Vietnam pada 8 Desember dan diserahkan kepada angkatan laut Myanmar, sedangkan kapal lainnya yang membawa 104 pengungsi diselamatkan oleh angkatan laut Sri Lanka pada 18 Desember di Pelabuhan Kankesanturai.

Pada 2016 dan 2017, Rohingya menjadi sasaran operasi militer brutal di Myanmar, menggusur lebih dari 730.000 orang ke negara tetangga Bangladesh.

Dalam kondisi yang mendorong keputusasaan ini, banyak dari mereka yang menyerahkan diri ke tangan penyelundup manusia yang tidak bermoral untuk mencari kehidupan yang lebih baik di negara-negara seperti Malaysia, dalam perjalanan yang sangat berbahaya melalui Laut Andaman.

“Kemungkinan besar, penundaan penyelamatan perahu-perahu ini telah menyebabkan penderitaan dan korban jiwa yang tak terhitung. Penundaan lebih lanjut tidak masuk akal,” kata Charles Santiago, ketua APHR dan mantan anggota parlemen dari Malaysia.

ASEAN juga harus mengatasi akar penyebab tragedi tersebut, termasuk menekan otoritas Myanmar untuk memulihkan kewarganegaraan Rohingya, dan menerima para pengungsi yang saat ini tinggal di kamp-kamp berbahaya di Bangladesh, kata pernyataan tersebut.

Sementara itu, beberapa kapal dilaporkan meninggalkan pantai Bangladesh tiga minggu lalu membawa ratusan pengungsi Rohingya untuk pindah ke negara ketiga untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Bangladesh menyediakan tempat berlindung bagi 1,2 juta pengungsi Rohingya di wilayah pantai Cox's Bazar sejak masuknya pengungsi pada tahun 2017 karena tindakan keras militer Myanmar.

Dalam dua bulan terakhir, pengungsi Rohingya yang tinggal di Cox's Bazar mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa 3.000 pengungsi telah melakukan perjalanan laut yang berbahaya ke Malaysia, Thailand, dan Indonesia.

Sekitar 161 pengungsi dilaporkan tewas atau hilang di laut sepanjang tahun 2022, menurut UNHCR.

 

 

sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/asean-desak-penyelamatan-200-pengunsi-rohingya-yang-terdampar-di-laut/2768474
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement