Kamis 22 Dec 2022 06:35 WIB

Turki Ingin Beli Reaktor Nuklir dari AS

Turki ingin menghentikan penggunaan batu bara sebagai sumber energi pembangkit listri

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Turki disebut tengah menjajaki potensi pembelian reaktor nuklir modular kecil dari Amerika Serikat (AS). Hal itu karena Turki ingin menghentikan penggunaan batu bara sebagai sumber energi pembangkit listrik.
Foto: VOA
Turki disebut tengah menjajaki potensi pembelian reaktor nuklir modular kecil dari Amerika Serikat (AS). Hal itu karena Turki ingin menghentikan penggunaan batu bara sebagai sumber energi pembangkit listrik.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Turki disebut tengah menjajaki potensi pembelian reaktor nuklir modular kecil dari Amerika Serikat (AS). Hal itu karena Turki ingin menghentikan penggunaan batu bara sebagai sumber energi pembangkit listrik.

“Ada minat serius terhadap nuklir sebagai cara untuk menggantikan pembangkit listrik tenaga batu bara,” kata Justin Friedman, penasihat senior daya saing komersial dalam energi nuklir di Departemen Luar Negeri AS, dalam wawancara dengan Bloomberg di Ankara pada Selasa (20/12/2022).

Menurut Friedman, ada ruang kemungkinan bahwa Turki akan membeli 35 reaktor modular kecil atau dikenal sebagai SMR. Hal itu mengutip keinginan Turki untuk memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dengan daya 20 gigawatt pada 2050. “Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana kita bekerja sama antar-pemerintah untuk membuka pintu kerja antar-pebisnis,” ucap Friedman.

Pernyataan Friedman mengisyaratkan bahwa pihak atau perusahaan swasta di Turki bisa terlibat dalam pembelian SMR. Kementerian Energi Turki menolak mengomentari hal yang disampaikan Friedman.

Terdapat sejumlah produsen SMR di AS, dua di antaranya adalah NuScale Power Corp dan TerraPower LLC yang didukung pendiri perusahaan Microsoft, Bill Gates. SMR biasanya menghasilkan 100 megawatt atau lebih sedikit. Hal itu menjadikannya sepersepuluh ukuran reaktor konvensional. Proses pembangunannya bisa dilakukan secara berseri, seperti komponen di pabrik, bukan sebagai proyek pesanan biasa. Investasi pada skala ini akan menelan biaya miliaran dolar.

Kabar tentang pembicaraan antara Turki dan AS muncul ketika perusahaan nuklir milik pemerintah Rusia, Rosatom, hampir menyelesaikan proyek PLTN Akkuyu di Turki selatan. Pemerintah Turki juga disebut sedang bernegosiasi dengan Rosatom tentang kemungkinan pembangunan PLTN kedua di Sinop di pantai Laut Hitam.

Turki memiliki 68 pembangkit listrik tenaga batu bara yang memenuhi sekitar sepertiga dari kebutuhan listriknya tahun lalu. Negara tersebut mempunyai misi untuk mencapai emisi karbon nol pada 2053.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement