REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri China Wang Yi membela posisi negaranya dalam perang di Ukraina. Dia mengisyaratkan bahwa Beijing akan memperdalam hubungan dengan Moskow pada tahun mendatang.
Wang mengatakan dalam video ke sebuah konferensi di ibu kota China, China akan memperdalam rasa saling percaya strategis dan kerja sama yang saling menguntungkan dengan Rusia. “Sehubungan dengan krisis Ukraina, kami secara konsisten menjunjung tinggi prinsip-prinsip dasar objektivitas dan ketidakberpihakan, tanpa memihak salah satu pihak, atau menambahkan bahan bakar ke dalam api, apalagi mencari keuntungan egois dari situasi tersebut,” katanya menurut teks resmi sambutannya.
Menteri luar negeri itu juga menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas memburuknya hubungan antara dua ekonomi terbesar dunia. Dia mengatakan, Beijing dengan tegas menolak kebijakan China yang salah dari Washington.
China telah menolak tekanan Barat pada perdagangan, teknologi, hak asasi manusia dan klaimnya atas petak luas Pasifik barat, menuduh AS melakukan intimidasi. Penolakannya untuk mengutuk invasi ke Ukraina dan bergabung dengan yang lain dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia telah semakin merusak hubungan dan memicu perpecahan yang muncul dengan sebagian besar Eropa.
Bahkan ketika China telah menemukan titik temu dengan Rusia karena keduanya berada di bawah tekanan Barat, masa depan ekonominya tetap terikat pada pasar dan teknologi AS dan Eropa. Pemimpin China Xi Jinping mendorong industri dalam negeri untuk menjadi lebih mandiri, tetapi Wang mengakui, pengalaman telah menunjukkan China dan AS tidak dapat memisahkan atau memutuskan rantai pasokan.
Wang mengatakan, Beijing akan berusaha untuk mengembalikan hubungan dengan AS. Meski Wang mengakui, Beijing telah jatuh karena Washington keras kepala terus melihat negaranya sebagai pesaing utamanya dan terlibat dalam blokade, penindasan, dan provokasi terang-terangan.