REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan senjata nuklir dan aturan yang ditetapkan Moskow dalam menggunakannya satu-satunya faktor yang mencegah Barat memulai perang dengan Rusia. Medvedev dikenal sebagai orang dekat Vladimir Putin.
Medvedev yang kini menjabat sebagai deputi ketua Dewan Keamanan Rusia juga mengatakan Moskow akan terus berperang dengan Ukraina sampai "rezim menjijikkan yang hampir fasis" di Kiev disingkirkan. Ia menegaskan perang berlanjut hingga Ukraina berhasil didemiliterisasi.
Dalam wawancara terpisah pada Ahad (24/12/2022) lalu Putin mengatakan Rusia siap bernegosiasi dengan semua pihak yang terlibat dalam perang. Tapi ia mengatakan Kiev dan pendukungnya dari Barat menolak terlibat dalam perudingan.
Baca juga : China Gelar Latihan Serang di Sekitar Taiwan
Medvedev yang pernah menjadi liberal modern saat menjabat sebagai presiden dari tahun 2008 sampai 2012 kini pendukung perang di Ukraina yang paling vokal. Ia kerap mengecam Barat yang ia tuduh ingin memecah Rusia untuk menguntungkan Ukraina.
"Apakah Barat siap untuk menggelar perang penuh melawan kami, termasuk perang nuklir, di tangan Kiev?" tulisnya dalam artikel 4.500 kata di surat kabar Rossiiskaya Gazeta, Senin (25/12/2022).
"Hari ini satu-satunya yang menghentikan musuh kami adalah pengertian Rusia dipandu kebijakan negara fundamental mengenai deterensi nuklir. Dan saat ancaman nyata muncul, akhirnya akan bertindak terhadap mereka."
Putin dan pejabat-pejabat senior lainnya berulang kali mengatakan kebijakan Moskow mengenai nuklir diputuskan dapat digunakan bila ada ancaman integritas teritori. Menurut pakar Rusia memiliki senjata nuklir terbanyak di dunia dengan hampir 6.000 hulu ledak.
Baca juga : Ini Eranya Online, Platform Digital Republika
Pada awal bulan ini Putin mengatakan resiko perang nuklir meningkat. Tapi ia menegaskan Rusia tidak akan "menjadi gila" dan senjata nuklir Rusia sepenuhnya hanya untuk pertahanan.
"Dunia Barat keseimbangan, antara hasrat yang membakar untuk membuat malu, menyerang, memecah dan menghancurkan Rusia sebanyak mungkin, dan hasrat untuk menghindari bencana nuklir, di sisi yang lain," kata Medvedev.
Bila Rusia tidak mendapatkan jaminan keamanan yang dimintanya. "Dunia akan terus terhuyung-huyung di ambang Perang Dunia Tiga dan bencana nuklir, kami akan melakukan segalanya untuk mencegahnya," kata Medvedev.
Ia juga mengatakan Rusia dapat melupakan hubungan normal dengan Barat selama bertahun-tahun dan mungkin beberapa dekade ke depan. Lalu justru fokus pada hubungan dengan seluruh dunia lainnya.
Baca juga : Ganjar Pranowo-Erick Thohir Dinilai Bakal Jadi Pilihan Milenial