REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Bank sentral Lebanon melakukan devaluasi nilai mata uang lokal pada Selasa (27/12/2022). Lira diperdagangkan pada 38 ribu terhadap dolar AS pada platform pertukaran Sayrafa.
Kurs platform Sayrafa berada pada 31.200 lira pada hari terakhir perdagangan pada Jumat (23/12/2022). Dolar AS diperdagangkan lebih dari 47 ribu lira di pasar paralel pada Senin (26/12/2022).
Dalam sebuah pernyataan dikutip dari Anadolu Agency, bank mengaitkan devaluasi dengan spekulasi mata uang dan penyelundupan dolar ke luar negeri. Kedua kondisi tersebut dinilai sebagai penyebab dari inflasi di pasar.
Bank sentral mengizinkan semua individu dan perusahaan untuk mengajukan permohonan ke bank untuk melakukan operasi hingga pengumuman lebih lanjut. Pada 25 Oktober, bank sentral menangguhkan pembelian dolar AS di platform pertukaran Sayrafa.
Platform ini diluncurkan pada Mei 2021 untuk melakukan operasi pembelian dan penjualan mata uang dengan tingkat harga ditetapkan berdasarkan penawaran dan permintaan. Nilai tukar sayrafa sekitar 20 persen lebih rendah dari nilai pasar gelap tidak resmi. Mulai 1 Februari 2022, kurs Sayrafa menjadi nilai tukar resmi dolar AS ke lira untuk semua transaksi kartu kredit. Bank sentral dapat melakukan intervensi di platform itu jika diperlukan.
Sejak 2019, Lebanon telah menghadapi krisis ekonomi yang melumpuhkan. Bank Dunia menilai kondisi itu adalah salah satu yang terburuk yang pernah dialami dunia di zaman modern.