REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) berencana membelanjakan dana sebesar 560 miliar won atau setara Rp 6,94 triliun untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya dalam menghadapi ancaman pesawat nirawak (drone) Korea Utara (Korut). Dana tersebut bakal digelontorkan berangsur selama lima tahun ke depan.
Rencana untuk menghadapi ancaman drone Korut itu dicantumkan dalam cetak biru pertahanan jangka menengah Korsel periode 2023-2027. Kementerian Pertahanan Korsel akan mengalokasikan dana untuk empat proyek yang ditujukan memperkuat kemampuan kontra-drone negara tersebut.
Untuk menghancurkan drone, Korsel mengembangkan teknologi laser udara. Sementara untuk perangkat drone yang lebih kecil, Seoul bakal menggunakan jammer. “Program senjata laser sedang dalam tahap pengujian dan diharapkan mulai digunakan pada 2027. Sistem jamming tipe ‘soft-kill’ akan meningkatkan kemampuan respons kami terhadap drone kecil,” ungkap seorang pejabat Kementerian Pertahanan Korsel, Rabu (28/12/2022).
Untuk ancaman rudal dan nuklir Korut, Kementerian Pertahanan Korsel berusaha mendapatkan lebih banyak jet siluman. Mereka menyebut, kehadiran jet tersebut akan meningkatkan kemampuan serangan real-time terhadap target yang bergerak.
Kementerian Pertahanan Korsel juga hendak memboyong kapal selam rudal balistik tambahan dan mempercepat pengembangan sistem untuk mencegat roket artileri. "Kami akan memperkuat kemampuan hukuman dan pembalasan besar-besaran kami untuk dapat menghancurkan fasilitas utama di manapun di Korut jika terjadi serangan nuklir atau penggunaan senjata pemusnah massal," kata Kementerian Pertahanan Korut dalam sebuah pernyataan.
Secara total, Kementerian Pertahanan Korsel bertujuan membelanjakan 331 triliun won untuk pertahanan negara tersebut selama lima tahun ke depan, dengan rata-rata peningkatan tahunan sebesar 6,8 persen. Anggaran tahun ini mencapai 54,6 triliun won.