Jumat 30 Dec 2022 08:21 WIB

Kuburan Kapal Hancurkan Laut Brasil

Masalah keuangan dan hukum adalah alasan umum pemilik meninggalkan kapal.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
kapal Sao Luiz berlabuh di Teluk Guanabara Brasil selama lebih dari enam tahun menunggu proses hukum sebelum menabrak jembatan air terpanjang di Amerika Latin.
Foto: EPA/Marcelo Sayao
kapal Sao Luiz berlabuh di Teluk Guanabara Brasil selama lebih dari enam tahun menunggu proses hukum sebelum menabrak jembatan air terpanjang di Amerika Latin.

REPUBLIKA.CO.ID, GUANABARA BAY -- Pada malam yang penuh badai di pertengahan November, sebuah kapal kargo besar yang terbengkalai lepas dari tambatannya dan perlahan-lahan berlayar. Kapal ini menuju jembatan beton besar melintasi Teluk Guanabara Brasil ke Rio de Janeiro.

Angkatan Laut Brasil mengatakan, kapal Sao Luiz sepanjang 200 meter merupakan  kapal curah berkarat yang dibangun pada 1994. Kapal ini telah berlabuh di teluk selama lebih dari enam tahun menunggu proses hukum sebelum menabrak jembatan air terpanjang di Amerika Latin. Angkatan Laut mengatakan sedang menyelidiki masalah tersebut.

"Sao Luiz masih berada di Pelabuhan Rio hari ini, dengan 50 ton bahan bakar minyak di dalamnya," kata  salah satu pendiri kelompok sosial-lingkungan Movimento Baia Viva (Gerakan Teluk Hidup) Sergio Ricardo menunjuk ke level tinggi korosi.

"Kapal itu tidak aman dan bisa menimbulkan bencana lingkungan," katanya.

Di seluruh dunia, masalah keuangan dan hukum adalah alasan umum pemilik meninggalkan kapal. Sao Luiz adalah satu dari lusinan kapal yang dibiarkan berkarat di teluk yang ikonik tetapi sangat tercemar padahal area ini pernah menjadi rumah bagi hutan bakau yang luas dan kehidupan laut yang berkembang pesat.

Hutan bakau sekarang jauh berkurang dan polusi yang diperburuk oleh kuburan kapal mengancam kuda laut lokal, penyu hijau, dan lumba-lumba Guyana, simbol Rio de Janeiro. Sebuah survei oleh Rio de Janeiro State University pada tahun ini, bahwa hanya 34 lumba-lumba Guyana yang tersisa di teluk, turun dari sekitar 800 pada 1990-an.

Efek kuburan kapal pada kehidupan laut ini sangat nyata dan berefek pada kondisi lainnya. Keberadaan kapal-kapal berkarat itu juga mengganggu lalu lintas kapal lain karena harus menavigasi jalur rintangan dari kapal setengah mengambang. Selain itu polusi di teluk menimbulkan biaya keuangan beberapa puluh miliar reais setahun dengan polusinya.

Mantan nelayan berusia 62 tahun di teluk Fernando Pinto Lima mengatakan, biasanya dapat dengan cepat menangkap 50 hingga 100 kilogram ikan. "Sekarang untuk menangkap lima puluh kilogram, butuh waktu seminggu atau sebulan," katanya.

Menyusul kecelakaan Sao Luiz, media lokal melaporkan, bahwa pihak berwenang sedang mempelajari cara mengeluarkan kapal hantu tersebut. Namun, kapal-kapal terlantar terus membusuk di dalam dan di bawah perairannya yang berlumpur itu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement