Senin 02 Jan 2023 12:18 WIB

Prancis Lakukan Uji Covid Secara Acak terhadap Pelancong Asal China

Prancis menyusul Italia, Inggris, dan AS yang telah lebih dulu terapkan tes Covid.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Seorang penumpang yang datang dari China meninggalkan area pengujian COVID-19 yang ditetapkan di bandara Roissy Charles de Gaulle, utara Paris, Minggu, 1 Januari 2023. Prancis mengatakan akan mewajibkan tes COVID-19 negatif untuk semua penumpang yang datang dari China dan mendesak warga Prancis untuk menghindari perjalanan yang tidak penting ke China.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis telah menerapkan pengujian Covid-19 secara acak terhadap pelancong asal China. Prancis menyusul Italia, Inggris, dan Amerika Serikat (AS) yang telah terlebih dulu menerapkan kebijakan demikian sejak kasus Covid-19 kembali melonjak di Negeri Tirai Bambu.

Menteri Kesehatan Prancis Francois Braun mengungkapkan, pengujian terhadap pelancong dari China bertujuan melacak potensi varian Covid-19. "Kontrol saat kedatangan ini bukan kontrol untuk mencegah warga memasuki wilayah kami, tetapi kontrol yang lebih ilmiah yang memungkinkan kami dengan sangat tepat memeriksa varian (Covid-19) yang berbeda. Ini pada dasarnya adalah varian Omicron yang saat ini ada di China," kata Braun di bandara Charles de Gaulle di utara Paris, dikutip laman TRT World, Ahad (1/1/2023).

Baca Juga

Menurut Braun, nantinya akan ada di diskusi di tingkat Eropa untuk menyelaraskan model pengujian tersebut. Mulai Ahad, pelancong asal China yang memasuki Prancis harus mengenakan masker. Otoritas Prancis pun akan melakukan pengujian secara acak dari mereka yang tiba. Mulai Kamis (5/1/2023) mendatang, Prancis mewajibkan pelancong dari China menunjukkan hasil tes PCR atau antigen negatif Covid-19.

Pada Ahad lalu, Australia pun mengumumkan bahwa mereka akan meminta hasil tes negatif Covid-19 dari pelancong asal Negeri Tirai Bambu. Peraturan itu bakal mulai diterapkan pada Kamis mendatang. “Langkah ini sebagai tanggapan terhadap gelombang infeksi Covid-19 yang signifikan di China dan potensi munculnya varian virus di negara tersebut,” kata Menteri Kesehatan Australia Mark Butler. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement