REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Lembaga swadaya masyarakat bidang lingkungan Extinction Rebellion cabang Inggris mengatakan akan mengganti taktiknya. Dari aksi mengganggu ketertiban umum demi menarik perhatian lebih banyak orang dalam perubahan iklim.
Kelompok tersebut kerap menutup jalan utama dan jembatan di pusat kota London, memblokir kilang minyak, dan memecahkan kaca kantor pusat bank Barclays. Mereka juga pernah menyemprotkan darah palsu ke gedung Kementerian Keuangan Inggris.
Dalam pernyataan yang berjudul "We Quit" lembaga Extinction Rebellion cabang Inggris mengatakan selama empat tahun ini mereka sudah menggelar aksi langsung. Tapi perubahan hanya sedikit, sementara emisi terus naik.
"Saat memasuki tahun baru, kami membuat resolusi kontroversial untuk mengubah sementara takti utama kami untuk mengganggu ketertiban umum," kata kelompok tersebut, Senin (2/1/2023).
"Apa yang paling kami butuhkan saat ini mengganggu penyalahgunaan kekuasaan dan keseimbangan, demi membawa transisi yang lebih adil ke masyarakat yang bekerja sama untuk mengakhiri zaman bahan bakar fosil, politisi kami, kecanduan pada keserahaan dan membengkakkan profit, tidak akan melakukannya lagi tanpa tekanan," tambah Extinction Rebellion.
Kelompok itu mengatakan kini mereka akan fokus untuk menguatkan jumlah dan membangun jembatan untuk meningkatkan kekuatan dan pengaruh.
Pemerintah Inggris sedang memproses untuk meloloskan undang-undang baru yang mempersulit masyarakat untuk menggelar unjuk rasa disruptif seperti menghentikan operasi jaringan transportasi dan pasokan bahan bakar. Undang-undang itu memberi wewenang yang lebih luas pada polisi untuk mengendalikan dan mencegahnya.
Extinction Rebellion mengatakan mereka berencana mengepung House of Parliament pada 21 April mendatang dengan 100 ribu orang. "Tahun ini kami memprioritaskan kehadiran dibandingkan penangkapan dan hubungan dibanding penutupan jalan, selama kami bersama-sama tidak mungkin diabaikan," kata lembaga itu.