REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Kepolisian Iran telah memperingatkan perempuan di negara tersebut bahwa mengenakan hijab tetap bersifat wajib meskipun berada di dalam mobil. Peringatan itu diumumkan saat gelombang demonstrasi memprotes kematian Mahsa Amini masih berlangsung di Iran.
Fars News Agency, dalam laporannya Senin (2/1/2023), mengutip seorang perwira polisi senior Iran mengungkapkan, “tahap baru” dari program Nazer-1 sedang diluncurkan kepolisian di seluruh wilayah di negara tersebut. Nazer adalah bahasa Persia yang artinya pengawasan.
Program Nazer, yang diluncurkan pada 2020, menyangkut pelepasan hijab dalam mobil. Saat pertama kali diterapkan, pemilik mobil akan dikirimi pesan teks singkat yang berisi peringatan tentang aturan berpakaian dalam kendaraan dan ganjaran hukum jika mereka mengulangi pelanggaran.
Namun kini kepolisian Iran tampak telah menyetop ancaman tindakan hukum. “Pelepasan jilbab telah diamati di kendaraan Anda: Penting untuk menghormati norma masyarakat dan memastikan tindakan ini tidak terulang kembali,” demikian bunyi pesan yang dilaporkan dikirim oleh polisi dan diunggah di media sosial.
Aparat yang bertugas mengawasi aturan berpakaian wanita Iran adalah polisi moral atau dikenal dengan nama Gasht-e Ershad. Keterlibatan mereka dalam kematian Mahsa Amini menjadi awal mula gelombang demonstrasi yang kini masih melanda Iran.
Pada 13 September 2022, Mahsa Amini, wanita berusia 22 tahun, ditangkap polisi moral Iran di Teheran. Penangkapan itu dilakukan karena hijab yang dikenakan Amini dianggap tak ideal. Setelah ditangkap, Amini pun ditahan. Ketika berada dalam tahanan, dia diduga mengalami penyiksaan. PBB mengaku menerima laporan bahwa Amini dipukuli di bagian kepala menggunakan pentungan. Selain itu, kepala Amini pun disebut dibenturkan ke kendaraan.
Saat ditahan, Amini memang tiba-tiba dilarikan ke rumah sakit. Kepolisian Teheran mengklaim, saat berada di tahanan, Amini mendadak mengalami masalah jantung. Menurut keterangan keluarga, Amini dalam keadaan sehat sebelum ditangkap dan tidak pernah mengeluhkan sakit jantung. Amini dirawat dalam keadaan koma dan akhirnya mengembuskan napas terakhirnya pada 16 September lalu.
Kematian Amini dan dugaan penyiksaan yang dialaminya seketika memicu kemarahan publik. Warga Iran turun ke jalan dan menggelar demonstrasi untuk memprotes tindakan aparat terhadap Amini. Perempuan-perempuan Iran turut berpartisipasi dalam aksi tersebut. Mereka bahkan melakukan aksi pembakaran hijab sebagai bentuk protes.
Sejak demonstrasi pecah, ribuan warga Iran dilaporkan telah ditangkap. Iran bahkan telah mengeksekusi mati dua warganya yang terlibat dalam unjuk rasa. Menurut organisasi Iran Human Rights (IHR), masih terdapat 100 warga lainnya yang menghadapi risiko hukuman mati.