Selasa 03 Jan 2023 14:14 WIB

Unjuk Rasa Perluasan Tambang di Jerman Berakhir Rusuh

Desa Luetzerath dihancurkan untuk memperluas tambang lignit Garzweiler.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Ekskavator roda ember raksasa mengekstraksi batu bara di tambang batu bara permukaan Garzweiler yang kontroversial dekat Jackerath, Jerman barat, Kamis, 29 April 2021.
Foto: AP/Martin Meissner
Ekskavator roda ember raksasa mengekstraksi batu bara di tambang batu bara permukaan Garzweiler yang kontroversial dekat Jackerath, Jerman barat, Kamis, 29 April 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Bentrokan pecah di luar desa sebelah barat Jerman akibat unjuk rasa menolak perluasan tambang batu bara. Rencana itu menarik perlawanan dari aktivis perubahan iklim.

Pada Selasa (3/1/2023) kantor berita DPA melaporkan para aktivis melempar batu, botol, dan petasan ke polisi di luar Desa Luetzerath sebelum akhirnya situasi tenang dan petugas ditarik mundur.

Sebelumnya pengunjuk rasa membakar barikade dan satu orang menempelkan tangannya dengan lem ke salah satu akses jalan ke desa. Dusun itu dihancurkan untuk memperluas tambang lignit Garzweiler.

Rencana tersebut menarik protes keras dari aktivis lingkungan yang khawatir jutaan ton karbon dioksida yang memerangkap panas lepas ke atmosfer bumi. Para aktivis tinggal di rumah-rumah yang ditinggalkan warga desa.

Pemerintah Heisenberg county mengeluarkan perintah warga desa Luetzerath pergi. Jika mereka tidak pergi mulai dari 10 Januari polisi dapat mengosongkan desa. Pemerintah meminta agar pendudukan aktivis diakhiri tanpa kekerasan.

Pada Oktober lalu pemerintah federal dan regional termasuk Partai Hijau dan perusahaan energi RWE sepakat untuk mendorong upaya penghentian pemakaian batu bara pada tahun 2030.

Namun karena masalah keamanan energi Jerman yang dipicu invasi Rusia ke Ukraina kemungkinan dua unit pembangkit listrik yang harusnya dimatikan berdasarkan kesepakatan itu akan diperpanjang masa operasionalnya sampai 2024. Operasi tambang Luetzerath juga diizinkan untuk dilanjutkan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement