REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Pemerintah Selandia Baru mengatakan pada Rabu (4/1/2023) bahwa negaranya tidak akan mewajibkan para pendatang dari China untuk menunjukkan tes negatif Covid-19. Selandia Baru memberlakukan aturan berbeda dari sejumlah negara yang membatasi para pelancong dari China menyusul lonjakan kasus di daratan China.
Menteri Covid-19 Selandia Baru, Ayesha Verrall, mengatakan, bahwa penilaian risiko kesehatan masyarakat telah menyimpulkan bahwa pengunjung dari China tidak akan berkontribusi secara signifikan terhadap jumlah kasus di negara tersebut. "Risiko kesehatan masyarakat di Selandia Baru sangat kecil," katanya.
Semua kedatangan internasional di Selandia Baru diminta untuk melakukan tes jika mereka menunjukkan gejala. Negara tersebut juga menyediakan tes gratis di bandara.
Para pejabat akan meminta beberapa pelancong dari China untuk melakukan tes sukarela untuk mengumpulkan lebih banyak informasi, yang menurut Verrall mencerminkan keprihatinan Selandia Baru di samping Organisasi Kesehatan Dunia tentang kurangnya berbagi informasi di China. Selandia Baru juga berencana untuk menguji coba air limbah pada penerbangan internasional untuk melihat apakah ini dapat menggantikan pengujian individu yang ditargetkan dan sukarela.
Sejumlah negara termasuk Inggris, Amerika Serikat, dan Australia telah menuntut agar para pelancong dari China menunjukkan tes Covid-19 negatif karena kekhawatiran tentang skala wabah negara itu dan skeptisisme terhadap statistik kesehatan Beijing. Langkah tersebut telah dikritik oleh media pemerintah China yang menyebutnya diskriminatif.
Infeksi di China telah melonjak setelah negara itu mencabut kebijakan nol-Covid yang ketat pada 7 Desember. Pelonggaran tersebut memungkinkan virus menyebar.