REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Seorang pejabat tinggi PBB mengatakan kunjungan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir ke kompleks Al Aqsa di Yerusalem Timur dipandang sangat menghasut dan memperingatkan risiko kekerasan. Berbicara kepada Dewan Keamanan PBB pada hari Kamis, Khaled Khiari, asisten sekretaris jenderal untuk urusan politik dan pembangunan perdamaian, mengatakan semua pihak harus bekerja untuk menurunkan ketegangan setelah kunjungan menteri Israel minggu ini.
“Meskipun kunjungan itu tidak disertai atau diikuti dengan kekerasan, itu terlihat sangat menghasut, mengingat advokasi Ben-Gvir di masa lalu untuk perubahan status quo,” kata Khiari pada sesi darurat yang diminta oleh UEA dan China dilansir dari The National News, Jumat (6/1/2023).
“Seperti yang telah kita lihat berkali-kali di masa lalu, situasi di tempat-tempat suci Yerusalem sangat rapuh, dan insiden atau ketegangan apa pun di sana dapat meluas dan menyebabkan kekerasan di seluruh wilayah Palestina yang diduduki, di Israel, dan di tempat lain di wilayah tersebut,” paparnya.
Khiari mengulangi seruan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, agar semua pihak menahan diri dari langkah-langkah yang dapat meningkatkan ketegangan di dalam dan sekitar tempat suci. Dia juga meminta semua pihak untuk menegakkan status quo, sejalan dengan peran khusus Kerajaan Hashemite Yordania.
Wakil duta besar UEA untuk PBB, Mohamed Abushahab mengatakan kunjungan Ben-Gvir mencerminkan kurangnya komitmen Israel terhadap status sejarah dan hukum tempat-tempat suci Yerusalem yang ada.
“Itu juga merupakan perkembangan serius yang menjauhkan kawasan dari jalur perdamaian yang diinginkan dan berkontribusi untuk melanggengkan tren negatif konflik,” kata Abushahab.