Pada 7 Desember lalu, China melonggarkan kebijakan nol-Covid yang telah menempatkan ratusan juta warganya di bawah penguncian atau lockdown. Namun sejak saat itu, penyebaran Covid-19 di sana kembali melonjak. Sistem dan fasilitas kesehatan di sejumlah wilayah di China harus bergulat lagi dengan gelombang pasien, terutama lansia. Namun tak diketahui pasti seberapa besar penularan yang terjadi. Hal itu karena China memutuskan menyetop penerbitan data harian tentang infeksi Covid-19.
Minimnya data tersebut membuat puluhan negara, termasuk di Eropa dan Amerika, memutuskan melakukan pengujian Covid-19 terhadap para pelancong asal Cina. Beijing telah mengkritik keras tindakan tersebut. “Sejumlah negara telah mengambil pembatasan masuk yang hanya menargetkan pelancong China. Ini tidak memiliki dasar ilmiah dan beberapa praktik tidak dapat diterima," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Mao Ning, dalam pengarahan pers, Selasa.
Dia menyatakan China siap mengambil langkah balasan terhadap negara-negara yang menerapkan pengaturan pengujian tersebut. “Kami dengan tegas menolak menggunakan tindakan Covid untuk tujuan politik dan akan mengambil tindakan yang sesuai untuk menanggapi berbagai situasi berdasarkan prinsip timbal balik,” ucapnya.