REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Uni Emirat Arab (UEA) akan memasukkan sejarah Holocaust di kurikulum pelajaran sekolah dasar dan menengah di seluruh negeri. Kedutaan UEA di Amerika Serikat (AS) yang pertama kali mengungkapkan rencana tersebut, tidak memberikan perincian tentang kurikulum yang dimaksud.
“Setelah (hashtag) Abraham Accords yang bersejarah, (UEA) sekarang akan memasukkan Holocaust dalam kurikulum untuk sekolah dasar dan menengah,” kata Kedutaan UEA di Twitter, mengacu pada kesepakatan normalisasi dengan Israel.
UEA menormalisasi hubungan dengan Israel pada 2020. Normalisasi ini sebagai bagian dari Kesepakatan Abraham atau Abraham Accords yang ditengahi pemerintahan mantan presiden AS Donald Trump. Deborah E Lipstadt, utusan khusus AS untuk memantau dan memerangi antisemitisme, menyambut baik pengumuman UEA tersebut.
“Pendidikan Holocaust sangat penting bagi kemanusiaan dan terlalu banyak negara, terlalu lama, terus meremehkan Shoah karena alasan politik,” ujar Lipstadt, menggunakan kata Ibrani untuk Holocaust.
“Saya memuji UEA untuk langkah ini dan mengharapkan yang lain segera mengikutinya," tambah Lipstadt.
Pengumuman mengenai kurikulum tersebut muncul menjelang pertemuan Kelompok Kerja Forum Negev di Abu Dhabi pekan ini. Pertemuan tersebut akan dihadiri pejabat dari Bahrain, Mesir, Israel, Maroko, UEA, dan AS. Mesir secara diplomatis telah mengakui Israel selama beberapa dekade.
Peristiwa Holocaust terjadi ketika Nazi Jerman secara sistematis membunuh enam juta orang Yahudi Eropa selama Perang Dunia II. Israel memberikan kewarganegaraan otomatis kepada siapa pun keturunan Yahudi yang menjadi korban Holocaust. Negara-negara Arab lainnya secara diplomatis menolak mengakui Israel atas pendudukan mereka terhadap tanah Palestina yang berlangsung selama puluhan tahun.