REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pasangan Pangeran Harry dan Meghan Markle cenderung memiliki lebih banyak pendukung di Amerika Serikat (AS) ketimbang Inggris. Di Amerika, kisah skandal mereka dengan pers Inggris dan keluarga kerajaan mendapatkan simpati yang jauh lebih besar.
Setelah memutuskan undur diri dari kerajaan Inggris, Harry dan Meghan secara mengejutkan mengungkap sisi lain kerajaan dalam wawancara dengan Oprah Winfrey. Salah satu keluhan utama pasangan itu adalah bahwa mereka dibatasi oleh aturan kekuasaan yang ketat di dalam kerajaan, dan rasisme. Ini terdengar tidak masuk akal bagi orang Amerika dengan nilai meritokrasi yang tertanam kuat. Meritokrasi adalah sistem politik yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memimpin berdasarkan kemampuan atau prestasi, bukan kekayaan atau kelas sosial.
Dalam wawancara majalah dengan The Cut, Meghan mengatakan bahwa, dia dan Harry terganggu dengan dinamika hierarki kerajaan. Harry mengatakan, dia dan Meghan dikorbankan untuk pers Inggris karena istana berupaya untuk melindungi anggota keluarga yang lebih senior.
Hierarki ketat dalam keluarga kerajaan murni berdasarkan urutan kelahiran anak. Hal ini telah dipahami dengan jelas oleh orang Inggris selama berabad-abad.
Reaksi warga AS terhadap kematian Ratu Elizabeth II menunjukkan bahwa ada kasih sayang dan rasa hormat terhadap monarki. Tapi itu tidak sama dengan penerimaan sepenuh hati atas semua asal usul, dan tradisi kerajaan.
Bagi orang Amerika, keluarga kerajaan Inggris adalah penerima kekayaan dan hak istimewa yang diperoleh selama era dominasi kolonial. Sementara AS bergulat dengan memahami episode-episode yang lebih kelam di masa lalunya sendiri.
Dalam sebuah artikel opini untuk The New York Times, Pamela Paul mengatakan, fakta bahwa keluarga Harry dan Meghan meninggalkan Inggris karena terbebani oleh warisan kolonialisme serta rasisme, membuat orang Amerika merasa negaranya lebih baik.
"Pada akhirnya, orang Amerika tersanjung bahwa ketika mencari kebebasan, Harry dan Meghan memilih untuk membuat rumah baru mereka di Amerika. Tanah kebebasan. Tempat, orang Amerika percaya, di mana setiap orang dapat menciptakan peluang mereka sendiri dalam masyarakat yang bebas dari struktur kelas yang masih ada di Inggris," ujar Paul, dilansir BBC, Selasa (10/1/2023).
Namun tidak semua media Amerika menyanjung Harry dan Meghan. Artikel Wall Street Journal hingga Politico mulai berkomentar bahwa pasangan itu terlalu banyak mengeluh. Bahkan, Vanity Fair berpendapat bahwa Harry dan Meghan perlu melakukan hal lain selain mengeluhkan kehidupan mereka pada masa lalu.
"Dalam waktu dekat, Harry dan Meghan perlu beralih ke sesuatu yang lain, selain menceritakan kembali penderitaan lama mereka berulang kali," kata Vanity Fair.
Agar dapat mengambil hati warga Amerika secara berkala, Harry dan Meghan harus mulai berhenti mendramatisasi kisah mereka dan membuka lembaran baru. Pasangan ini harus menunjukkan bahwa mereka mampu melakukan sesuatu yang tidak bisa mereka kerjakan saat terbentur oleh aturan kerajaan.