Jumat 13 Jan 2023 20:12 WIB

Ekspor China Anjlok pada Desember, Prospek Pertumbuhan 2023 Suram

Ekspor China turun 9,9 persen tahun ke tahun pada Desember

Barisan kontainer tersusun di Pelabuhan Qingdao di Provinsi Shandong, China, Selasa (1/9). Ekspor China menyusut tajam pada bulan Desember karena permintaan global menurun, menyoroti risiko pemulihan ekonomi negara itu tahun ini.
Foto: Chinatopix via AP
Barisan kontainer tersusun di Pelabuhan Qingdao di Provinsi Shandong, China, Selasa (1/9). Ekspor China menyusut tajam pada bulan Desember karena permintaan global menurun, menyoroti risiko pemulihan ekonomi negara itu tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Ekspor China menyusut tajam pada bulan Desember karena permintaan global menurun, menyoroti risiko pemulihan ekonomi negara itu tahun ini. Akan tetapi, penurunan impor yang lebih moderat memperkuat pandangan bahwa permintaan domestik perlahan akan pulih dalam beberapa bulan mendatang.

Sementara impor diperkirakan akan mengatasi gelombang permintaan yang terpendam setelah China menurunkan langkah-langkah ketat COVID-19 pada bulan Desember, ekspornya terlihat melemah jauh memasuki tahun baru karena ekonomi global terhuyung-huyung di ambang resesi.

Baca Juga

"Pertumbuhan ekspor yang lemah menyoroti pentingnya meningkatkan permintaan domestik sebagai pendorong utama ekonomi pada 2023," kata Zhiwei Zhang, kepala ekonom di Pinpoint Asset Management.

Ia menambahkan, pasar mengharapkan Beijing mengumumkan lebih banyak kebijakan untuk mendukung konsumsi.

Ekspor turun 9,9 persen tahun ke tahun pada Desember, melanjutkan penurunan 8,7 persen pada November. Penurunan tersebut merupakan yang terburuk sejak Februari 2020.

Mencerminkan permintaan dunia yang goyah, pengiriman ke Amerika Serikat menyusut 19,5 persen pada bulan Desember. Sedangkan, pengiriman ke UE turun 17,5 persen, menurut perhitungan Reuters berdasarkan data resmi.

Meskipun penurunan tajam dalam pengiriman dalam beberapa bulan terakhir, total ekspor China naik 7 persen pada tahun 2022 berkat perdagangan yang kuat dengan negara-negara Asia Tenggara serta ledakan ekspor kendaraan energi baru. Namun, pertumbuhan masih jauh dari kenaikan 29,6 persen pada tahun 2021.

Impor turun 7,5 persen pada bulan lalu, memperbaiki penurunan 10,6 persen pada November. Dengan demikian, China mencatat surplus perdagangan senilai 877,6 miliar dolar AS. 

Surplus ini merupakan surplus tertinggi sejak 1950. Sementara, neraca perdagangan 2021 tercatat surplus 670,4 miliar dolar AS.

Poling Reuters mencatat prediksi ekonomi China pada 2023 akan mencapai 4,9 persen. Ekonomi 2022 tumbuh 2,8 persen di tengah lockdown Covid-19. Data produk domestik bruto (PDB) 2022 akan dirilis pada 17 Januari.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement