Selasa 17 Jan 2023 12:02 WIB

Penurunan Populasi China dapat Memperlambat Ekonomi Negara

Populasi China turun sekitar 850.000 menjadi 1,41175 miliar pada akhir 2022.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
 Warga menikmati berseluncur di Danau Houhai yang membeku dan padat di Beijing, Senin, 16 Januari 2023. Populasi China pada 2022 turun untuk pertama kalinya dalam enam dekade.
Foto: AP/Andy Wong
Warga menikmati berseluncur di Danau Houhai yang membeku dan padat di Beijing, Senin, 16 Januari 2023. Populasi China pada 2022 turun untuk pertama kalinya dalam enam dekade.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Populasi China pada 2022 turun untuk pertama kalinya dalam enam dekade. Perubahan bersejarah ini diperkirakan akan menandai dimulainya periode panjang penurunan jumlah warganya dengan implikasi mendalam bagi ekonomi dan dunia.

Penurunan tersebut adalah yang terburuk sejak 1961, atau ketika tahun terakhir Kelaparan Hebat China. Penurunan populasi juga memperkuat prediksi bahwa India akan menjadi negara terpadat di dunia tahun ini.

Baca Juga

Biro Statistik Nasional mengatakan, populasi China turun sekitar 850.000 menjadi 1,41175 miliar pada akhir 2022. Para pakar PBB menilai dalam jangka panjang, populasi China menyusut hingga 109 juta pada 2050, atau lebih dari tiga kali lipat dari perkiraan penurunan sebelumnya pada 2019.

Para ahli demografi domestik memperkirakan, penurunan populasi ini memperlambat ekonomi karena pendapatan turun dan utang pemerintah meningkat. Termasuk melonjaknya biaya kesehatan dan kesejahteraan.

"Prospek demografis dan ekonomi China jauh lebih suram dari yang diperkirakan. China harus menyesuaikan kebijakan sosial, ekonomi, pertahanan, dan luar negerinya," kata ahli demografi Yi Fuxian.  

Yi menambahkan, penyusutan tenaga kerja negara dan penurunan bobot manufaktur akan semakin memperburuk harga tinggi dan inflasi tinggi di Amerika Serikat dan Eropa.Tingkat kelahiran China tahun lalu hanya 6,77 kelahiran per 1.000 orang, turun dari tingkat 7,52 kelahiran pada 2021 dan menandai tingkat kelahiran terendah dalam sejarah. 

China mencatat tingkat kematian pada 2022 sebesar 7,37 kematian per 1.000 orang. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan 7,18 kematian pada 2021. Ini adalah rekor kematian tertingi sejak 1974 selama Revolusi Kebudayaan.

Sebagian besar penurunan demografi terkait dengan kebijakan satu anak yang diberlakukan China antara 1980 dan 2015. Faktor lainnya adalah biaya pendidikan yang sangat tinggi, sehingga membuat banyak orang Tionghoa hanya memiliki satu anak atau bahkan tidak punya anak sama sekali.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement