REPUBLIKA.CO.ID, LIMA -- Aksi unjuk rasa menuntut pengunduran diri Presiden Peru Dina Boluarte masih berlanjut. Pada Kamis (19/1/2023), para pendukung mantan presiden Pedro Castillo menggelar aksinya di ibu kota, Lima.
Kebanyakan peserta aksi berasal dari Andean, daerah tempat Castillo berasal. “Di negara saya sendiri, suara Andes, suara mayoritas telah dibungkam. Kami harus melakukan perjalanan ke kota yang agresif ini, kota sentralis ini, dan kami katakan, Andes telah turun," kata Florencia Fernandez, salah satu peserta aksi.
Dalam aksinya, massa pendukung Castillo berencana bergerak ke Distrik Miraflores, yakni lambang elite perekonomian Peru. Banyak di antara mereka yang berpendapat, tidak mungkin ada dialog dengan pemerintah. Terlebih setelah serangkaian kekerasan yang menyebabkan 53 orang tewas.
Presiden Dina Boluarte mengisyaratkan ingin berdialog dengan pengunjuk rasa yang menuntutnya mundur. “Kami tahu mereka ingin mengambil alih Lima. Saya meminta mereka mengambil alih Lima, ya, tapi dengan damai,” katanya seraya menambahkan, dia akan menunggu pengunjuk rasa di gedung pemerintah untuk membicarakan agenda sosial mereka.
Boluarte mengatakan mendukung rencana untuk mendorong pemilihan presiden dan kongres hingga 2024 yang semula dijadwalkan pada 2026. Pada 14 Januari lalu, Pemerintah Peru mengumumkan keadaan darurat di Lima dan tiga wilayah lainnya, yakni Cusco, Puno, dan Pelabuhan Callao. Keputusan itu diambil karena tak kunjung usainya gelombang unjuk rasa. Keadaan darurat diberlakukan selama 30 hari.
Gelombang demonstrasi di Peru pecah pada awal Desember 2022. Penyebabnya adalah digulingkannya Pedro Castillo dari kursi kepresidenan. Penggulingan itu terjadi ketika Castillo berusaha membubarkan Kongres dan memerintah dengan dekret. Dia berupaya mencegah pemungutan suara terkait pemakzulan terhadapnya berlangsung.
Castillo, yang sedang diselidiki dalam beberapa kasus penipuan selama masa jabatannya, telah ditahan selama 18 bulan, dengan tuduhan pemberontakan. Jabatan presiden Peru kemudian diambil alih Dina Boluarte, politisi berusia 60 tahun. Peru menghadapi ketidakstabilan politik dalam beberapa tahun terakhir. Boluarte merupakan tokoh keenam yang memegang kursi kepresidenan dalam lima tahun terakhir.