REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH – Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menjamu kunjungan delegasi Senat Amerika Serikat (AS) ke Ramallah, Kamis (19/1/2023). Pada kesempatan itu, dia meminta Washington mengambil langkah serius untuk melindungi solusi dua negara sebagai cara penyelesaian konflik dengan Israel.
Dalam pertemuan itu, Shtayyeh memaparkan tentang tindakan-tindakan sepihak yang dilakukan Israel terhadap Palestina. "Israel menempatkan hambatan di depan kami serta menghalangi kami mengeksploitasi potensi dan sumber daya alam kami, terutama di Area C (Tepi Barat). Israel juga menempatkan hambatan di depan pengembangan infrastruktur kami," ucapnya, dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.
Di bidang politik, Israel juga membatasi hak Palestina. “Israel tidak lagi mematuhi dan menghormati perjanjian yang ditandatangani dengannya. Ia merampas hak kami untuk mengadakan pemilu di semua tanah kami, termasuk Yerusalem,” ujar Shtayyeh kepada delegasi Senat AS.
Dia meminta AS membantu memastikan agar warga Palestina di Yerusalem diperbolehkan mengikuti pemilu, baik sebagai pemilih maupun kandidat. Menurut Shtayyeh, mengakhiri tindakan sepihak Israel dan mengakui negara Palestina adalah kunci untuk mencapai solusi dua negara. Palestina turut mengharapkan peran Washington dalam hal ini.
Selain itu, Shtayyeh menekankan tentang perlunya memperkuat hubungan bilateral Palestina-AS. Terkait hal tersebut, dia mendorong AS gar membuka kembali konsulatnya untuk Palestina di Yerusalem. Shtayyeh pun meminta Washington mengembalikan bantuan langsung untuk Palestina.
Shtayyeh mengungkapkan, Palestina membutuhkan bantuan untuk menghadapi krisis keuangan akibat dipotongnya dana pajak Palestina oleh Israel.