Pada Sabtu pagi, polisi menggunakan tank kecil untuk masuk ke Universitas Nasional San Marcos. Seorang pengunjuk rasa, Javier Cutipa, melakukan perjalanan dengan bus dari Puno ke Lima.
Cutipa tidur di emperan sejak Kamis (19/1/2023). Dia sedang pergi mencari sarapan menjelang polisi datang. Dia menggambarkan tindakan polisi sebagai "serangan praktis," dengan helikopter, gas air mata, dan tank kecil.
"Ini membuat kami marah. Satu-satunya hal yang dilakukan pemerintah dengan penahanan ini adalah memperburuk ketegangan. Ketika penduduk mengetahui tentang ini, mereka akan bereaksi dengan cara yang lebih radikal," ujar Cutipa.
Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di luar kantor penegak hukum tempat para tahanan ditahan pada Sabtu malam sambil meneriakkan "Kebebasan" dan "Kami pelajar, bukan teroris." Sementara itu, ratusan pengunjuk rasa lainnya berkumpul di titik lain di pusat Kota Lima.
Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika menyatakan keprihatinan atas serangan polisi, penggusuran, dan penahanan besar-besaran di universitas. Komisi mendesak Pemerintah Peru untuk menjamin integritas dan proses hukum semua orang.