REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Operator kereta api China memperkirakan lebih dari 110 juta trip telah terselenggara selama 15 hari pertama musim mudik Tahun Baru Imlek. Estimasi frekuensi trip selama 7-21 Januari 2023 tersebut naik 28 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Pengalaman paling menonjol dalam musim mudik Imlek tahun ini adalah layanan berbasis digital dan kecerdasan buatan selama perjalanan, kata Direktur Angkutan Penumpang China Railway, Huang Xin, seperti dikutip media setempat, Senin (23/1/2023).
Ia menyebutkan jumlah stasiun kereta api yang menyediakan layanan daring pemesanan makanan meningkat dari 55 persen menjadi 76 persen selama musim mudik Imlek, yang dalam bahasa Mandarin dikenal dengan istilah Chunyun itu.
Digitalisasi tersebut juga mencakup pemesanan tiket, check-in, dan boardingsecara mandiri untuk mengurangi risiko penularan COVID.
Peningkatan frekuensi perjalanan tersebut juga didukung oleh dibukanya 4.100 kilometer jalur kereta api baru, setengahnya untuk jalur kereta api berkecepatan tinggi, yang dibangun sejak 2022.
Selain itu, dibukanya beberapa stasiun baru turut mendongkrak jumlah penumpang hingga 19 persen dibandingkan momentum yang sama pada 2019. Jalur baru dan stasiun baru memungkinkan para pemudik menentukan sendiri jalur pilihannya.
Bahkan, ada kereta khusus untuk pekerja migran yang bisa menjangkau rute lebih luas dengan jenispelayanan yang lebih beragam.
Penyelenggara perjalanan kereta api juga menerapkan langkah preventif COVID dengan mengambil sampel penumpang untuk meminimalkan penularan virus dan menyemprot ventilasi dengan menggunakan desinfektan.
Secara resmi otoritas China telah mengumumkan penyelenggaraan layanan Chunyun mulai Sabtu (14/1/2023) dan akan berlangsung hingga pertengahan Februari. Namun, warga setempat sejak awal Januari 2023 sudah banyak yang mudik seiring dengan diturunkannya status COVID dari level A menjadi level B pada akhir Desember 2022.