REPUBLIKA.CO.ID, İSTANBUL -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengaku sangat marah kepada otoritas Swedia karena mengizinkan demonstrasi dengan membakar Alquran berlangsung di luar Kedutaan Besar Turki di Stockholm. Mereka melakukan aksi di bawah perlindungan pasukan keamanan.
Pembakaran kitab suci Islam membuat marah orang-orang di seluruh spektrum politik di Turki. Kondisi ini persis sama seperti ketika Swedia dan Finlandia muncul di titik puncak keanggotaan NATO setelah mencabut kebijakan ketidakberpihakan militer mereka yang telah berlangsung lama setelah perang Rusia di Ukraina.
Erdogan juga mengkritik Swedia karena mengizinkan protes pro-Kurdi dengan para demonstran mengibarkan bendera berbagai kelompok Kurdi, termasuk Kurdistan Workers’ Party (PKK), yang telah melakukan pemberontakan selama puluhan tahun melawan Turki. PKK dianggap sebagai kelompok teroris di Turki, Uni Eropa, dan Amerika Serikat, tetapi simbolnya tidak dilarang di Swedia.
Baca juga : Erdogan: Swedia tidak Hormati Islam, Jangan Harap Dapat Dukungan NATO dari Turki
"Jadi Anda akan membiarkan organisasi teror menjadi liar di jalan dan kemudian mengharapkan dukungan kami untuk masuk ke NATO. Itu tidak terjadi,” kata Erdogan mengacu pada tawaran aksesi Swedia dan Finlandia untuk aliansi militer.
Erdogan mengatakan, jika Swedia tidak akan menunjukkan rasa hormat kepada anggota NATO Turki atau Muslim, sebagai balasan tentu saja negara itu tidak akan mendapatkan dukungan untuk bergabung dengan NATO.
"Jelas bahwa mereka yang membiarkan keburukan seperti itu terjadi di depan kedutaan kami tidak dapat lagi mengharapkan belas kasihan dari kami sehubungan dengan permohonan keanggotaan NATO mereka,” kata Erdogan dalam komentar pertamanya mengenai protes akhir pekan.
Baca juga : Erdogan: Swedia tidak Hormati Islam, Jangan Harap Dapat Dukungan NATO dari Turki
Sebuah memorandum bersama yang ditandatangani oleh Turki, Swedia dan Finlandia pada Juni mencegah veto Turki atas tawaran keanggotaan mereka di KTT Madrid NATO. Pencapaian itu muncul ketika kedua negara itu mengkonfirmasi PKK sebagai kelompok teror dan berkomitmen untuk mencegah kegiatannya.
Namun unjuk rasa pro-Kurdi terus berlanjut, dalam aksi terbaru beberapa ratus pengunjuk rasa berjalan di atas foto Erdogan pada pekan lalu dan patung Erdogan digantung di tiang lampu dalam protes sebelumnya. Pejabat Turki membatalkan pertemuan bilateral sebagai tanggapan aksi tersebut.