REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Jika saja sang ahli artileri asal Kanada, Gerald Bull, sebagai perancang utama meriam raksasa tidak dibunuh secara misterius, senjata yang diproduksi di Irak ini akan menjadi supergun yang bisa menjangkau Israel.
Pembuatan meriam raksasa ini merupakan bagian dari proyek yang dinamakan Project Babylon (Proyek Babel) atas perintah penguasa Irak ketika itu, Saddam Hussein.
Proyek ini melibatkan pembangunan serangkaian "senjata super". Desainnya didasarkan pada penelitian dari Proyek HARP tahun 1960-an yang dipimpin oleh ahli artileri Kanada, Gerald Bull. Kemungkinan besar ada empat perangkat yang berbeda dalam program ini.
Proyek ini dimulai pada 1988 dan proyek ini dihentikan pada 1990 setelah Bull dibunuh, dan bagian-bagian dari supergun disita dalam perjalanan di sekitar Eropa.
Komponen yang tersisa di Irak dihancurkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah Perang Teluk Persia 1991.
Larasnya akan memiliki panjang 156 meter (512 kaki), dengan lubang 1 meter (3,3 kaki). Awalnya, dimaksudkan untuk digantung dengan kabel dari kerangka baja, dan akan memiliki tinggi lebih dari 100 meter (300 kaki) di ujungnya.
Perangkat lengkapnya memiliki berat sekitar 2.100 ton (larasnya saja berbobot 1.655 ton). Ini adalah senjata ruang angkasa yang dimaksudkan untuk menembakkan proyektil ke orbit, sebuah tema karya Bull sejak Project HARP.
Ada kemungkinan bahwa Big Babylon dimaksudkan untuk meluncurkan satelit dan berfungsi sebagai senjata.
Meskipun dipergunakan untuk tujuan damai sekalipun, tampaknya Mossad Israel tak membiarkan dunia Islam mempunyai kemampuan untuk produksi senjata secara mandiri.
Pada 22 Maret 1990, Bull dibunuh oleh sejumlah pria misterius dengan empat tembakan. Tak ada yang mengaku bertanggung jawab atas kematian Bull.
Namun, mengutip Washington Post, kala itu disebutkan bahwa operasi pembunuhan Bull itu tak lain untuk mencegah Irak mempunyai meriam terbesar di dunia. Kuat dugaan operasi pembunuhan oleh agen Mossad Israel.
Setelah Perang Teluk pada 1991, Irak mengakui keberadaan Proyek Babel, dan mengizinkan para inspektur PBB untuk menghancurkan perangkat keras di Irak sebagai bagian dari proses pelucutan senjata.
Beberapa bagian laras yang disita oleh petugas bea cukai Inggris dipajang di Royal Armouries, Fort Nelson, Portsmouth. Bagian lainnya dipajang di Museum Artileri Kerajaan, Woolwich, London, hingga 2016.