REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA - Pada 25 Januari 1999, gempa Kolombia, Amerika Selatan merenggut sekitar 1.000 nyawa. Sekurangnya 4.000 orang terluka dan bangunan rumah hancur.
Gempa kala itu tercatat sebagai gempa paling kuat yang melanda Kolombia selama 16 tahun. Gempa berkekuatan 6 SR mengalami beberapa kali gempa susulan yang dirasakan hingga ke ibu kota, Bogota.
Dilansir laman BBC History, Rabu (25/1/2023), gempa tersebut melanda jantung wilayah penghasil kopi di negara itu, di sekitar ibu kota, Bogota. Getaran meruntuhkan menara, hotel, dan gereja bersejarah.
Puluhan orang terjebak di reruntuhan atau terjebak dalam tanah longsor yang dipicu oleh gempa. Ribuan orang juga tercatat kehilangan tempat tinggal.
Ibu kota regional Armenia dan Pereira adalah yang paling terpukul. Di Armenia, sekitar 17 km selatan pusat gempa, bahkan rumah satu lantai pun hancur akibat gempa.
Telepon dan saluran listrik juga telah putus sehingga pihak berwenang Kolombia telah memberlakukan jam malam dari pagi hingga senja untuk memungkinkan tim penyelamat bekerja tanpa hambatan. Presiden Kolombia saat itu, Andres Pastrana menunda perjalanan untuk menghadiri pertemuan Bank Dunia di Jerman dan terbang ke Pereira untuk melihat kehancuran akibat gempa.
"Jika kita memastikan bangunan dan jembatan dibangun dengan benar, kita dapat mencegah hilangnya nyawa yang telah diamati di Kolombia," kata Insinyur geo-seismik Zygmunt Lubkowski.
Sebagian besar bangunan yang runtuh, termasuk banyak gereja. Bangunan itu dibangun sebelum tahun 1984 ketika standar bangunan baru yang lebih ketat diperkenalkan.