REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Uni Eropa pada Selasa (24/1/2023) mengumumkan proposal untuk mendorong peningkatan populasi lebah dan serangga lain yang membantu penyerbukan tanaman. Uni Eropa juga akan memberikan penghargaan kepada pertanian organik.
Komisi Eropa mengatakan tinjauan terhadap Inisiatif Penyerbuk Uni Eropa 2018 menunjukkan ada kesenjangan. Selain itu, ada tantangan signifikan yang perlu diatasi dengan beberapa revisi. Proposal tersebut menyerukan untuk mempromosikan pertanian yang melindungi serangga penyerbuk, mengurangi pestisida, pemantauan populasi penyerbuk yang lebih baik, dan konservasi habitat yang lebih baik termasuk di daerah perkotaan.
Komisi Eropa memperkirakan bahwa hewan yang membantu penyerbukan seperti lebah, lalat, ngengat, dan beberapa kumbang serta serangga lainnya menyumbang sekitar lima miliar euro per tahun untuk produksi makanan di Uni Eropa. Namun praktik pertanian intensif, pestisida, polusi, perubahan penggunaan lahan, spesies introduksi lainnya, dan perubahan iklim telah berdampak serius pada populasi mereka.
"Serangga penyerbuk telah menurun drastis dalam beberapa dekade terakhir, dengan banyak dari mereka terancam punah," kata pernyataan Komisi Eropa, dilaporkan Al Arabiya, Selasa (24/1/2023).
Proposal ini dibuat untuk Parlemen Eropa dan 27 negara anggota Uni Eropa. Proposal tersebut berupaya meningkatkan serangga yang membantu penyerbukan pada akhir dekade ini. Proposal inj berfokus pada populasi lebah liar dan serangga penyerbuk lainnya karena Uni Eropa memiliki upaya lain yang ditujukan untuk mendukung peternakan lebah madu.
Proposal ini akan menetapkan skema subsidi pertanian Uni Eropa, yang disebut Kebijakan Pertanian Bersama, dengan memberi penghargaan kepada petani yang menerapkan metode berkelanjutan. Komisaris lingkungan UE, Virginijus Sinkevicius berharap langkah Uni Eropa menyelamatkan populasi lebah dan serangga lainnya dapat menginspirasi tindakan serupa di seluruh dunia.
"Kasus penyerbuk, serangga kecil ini akan menentukan masa depan alam dan ketahanan pangan jangka panjang," ujar Sinkevicius.