REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kepolisian Jepang memburu orang yang mengirim bom dan ancaman pembunuhan ke ratusan sekolah. Ancaman ini mengakibatkan sekolah-sekolah dan universitas ditutup sementara.
Polisi mengatakan ancaman tersebut difaks ke gedung-gedung sekolah dan sejauh ini tidak ada laporan serangan ke sekolah dan staf. Ancaman bom jarang terjadi di Jepang yang dikenal dengan tingkat kejahatan yang rendah.
Dikutip dari BBC, Kamis (26/1/2023) gelombang pesan pertama dimulai Senin (21/1/2023) ke sekolah-sekolah dan universitas di seluruh negeri. Lebih dari 170 sekolah di Prefektur Saitama menerima ancaman bom.
Media oka melaporkan salah satu pesan mengklaim lebih dari 330 bom telah dipasang. Satu pesan tertulis: "Saya menanam bom besar."
Beberapa laporang mengatakan pesan-pesan itu meminta uang tebusan mulai dari 300 ribu sampai 3 juta yen.
Dalam pesannya pelaku mengancam akan membunuh siswa dan guru dengan senjata rakitan yang dikirim dari beberapa sekolah menengah atas di berbagai prefektur termasuk Osaka, serta Saitama dan Ibaraki dekat Tokyo.
Ancaman ini memaksa banyak sekolah di Jepang ditutup sebagai tindak pencegah. Meski sebagian besar sudah dibuka kembali Kamis ini. Mesin faks masih banyak digunakan di Jepang.