Jumat 27 Jan 2023 13:17 WIB

Ukraina Desak Australia Open Larang Kehadiran Ayah Djokovic

Ayah Novak Djokovic berpose bersama penggemar membentangkan bendera dukungan ke Rusia

Duta Besar Ukraina untuk Australia pada Jumat (27/1/2023) mendesak para ofisial tenis untuk melarang ayah Novak Djokovic ke Australia Open setelah dia terekam kamera berpose dengan sejumlah penggemar yang membentangkan bendera dukungan ke Rusia.
Foto: AP Photo/Aaron Favila
Duta Besar Ukraina untuk Australia pada Jumat (27/1/2023) mendesak para ofisial tenis untuk melarang ayah Novak Djokovic ke Australia Open setelah dia terekam kamera berpose dengan sejumlah penggemar yang membentangkan bendera dukungan ke Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Duta Besar Ukraina untuk Australia pada Jumat (27/1/2023) mendesak para ofisial tenis untuk melarang ayah Novak Djokovic ke Australia Open setelah dia terekam kamera berpose dengan sejumlah penggemar yang membentangkan bendera dukungan ke Rusia.

"Dia seharusnya dicabut akreditasinya," kata Duta Besar Vasyl Myroshnychenko kepada AFP.

Myroshnychenko juga meminta Djokovic, yang akan berhadapan dengan Tommy Paul di semifinal turnamen, untuk secara personal meminta maaf dan mengklarifikasi sikapnya terhadap invasi Rusia.

"Penting bagi Novak untuk menyikapi situasi ini," kata dia.

"Dia harus meminta maaf atas apa yang terjadi, dan mengutuk invasi Rusia ke Ukraina."

Sebuah video diunggah di akun YouTube pada Kamis yang menunjukkan ayah Djokovic Srdjan berpose dengan fan yang membentangkan bendera Rusia dengan gambar wajah Vladimir Putih di latar depannya.

Video itu diberi keterangan: "Ayah Novak Djokovic membuat pernyataan politik yang tegas."

Para jurnalis tenis Serbia mengonfirmasi, orang tersebut ayah Djokovic dan harian Melbourne Age melaporkan dia mengatakan dalam bahasa Serbia yang berarti: "Hidup Rusia".

Saat pertandingan Djokovic, pria lain yang tertangkap kamera AFP di dalam stadion mengenakan kaus bertuliskan simbol "Z" yang mendukung perang.

Myroshnychenko mengatakan respons Djokovic terhadap kontroversi itu dapat membayangi turnamen tersebut tahun ini, satu tahun setelah sang petenis dideportasi dari Australia karena menolak divaksin Covid-19.

"Open tahun lalu semuanya soal Djokovic," kata dia.

"Sekarang ini soal bendera Rusia dan Djokovic lagi."

Mantan pemain Ukraina Alex Dolgopolov, yang saat ini berjuang di dalam perang, meminta lewat Twitter: "Orang ini harus disanksi seumur hidup, setidaknya untuk seluruh ajang di Australia, kan? @AustraliaOpen."

Myroshnychenko juga salah satu sosok yang vokal meminta penyelenggara Australia Open untuk melarang bendera Rusia dan Belarus dari Grand Slam tahun ini.

Sementara itu, Kedutaan Besar Rusia di Australia menyebut larangan tersebut, "contoh lain dari politisasi yang tidak bisa diterima dalam olahraga."

Simeon Boikov, yang memiliki akun YouTube yang mengunggah video tersebut, mendesak para suporter Rusia untuk turun ke Melbourne Park jelang perempat final Djokovic melawan Andrey Rublev.

"Ini soal kehormatan dan martabat sekarang. Ini serangan terhadap kehormatan dan martabat. Ini tidak ada hubungannya dengan perang," katanya dalam pesan video.

Penyelenggara Australia Open pada Kamis mengatakan akan bekerja dengan aparat keamanan setempat untuk memperketat aturan masuk stadion, tanpa menyebut langsung insiden tentang Ayah Djokovic tersebut.

"Para pemain dan tim telah diarahkan dan diingatkan soal kebijakan ajang ini terkait bendera dan simbol dan untuk menghindari segala situasi yang berpotensi untuk mengganggu," kata mereka.

"Kami akan terus bekerja erat dengan aparat keamanan dan penegak hukum."

Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun lalu, para pemain Rusia dan Belarus berkompetisi di bawah bendera netral berwarna putih sebagai atlet independen, demikian pula berlaku di Australia Open.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement