Jumat 27 Jan 2023 23:10 WIB

Israel Lancarkan Serangan 15 Rudal ke Kamp Pengungsi di Jalur Gaza

Israel telah melakukan serangan mematikan hampir setiap hari.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
 Para pelayat membawa jenazah Omar Khumour Palestina berusia 14 tahun saat pemakamannya di kota Bethlehem, Tepi Barat, Senin, 16 Januari 2023. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan Khumour meninggal setelah kepalanya terkena peluru selama Serangan militer Israel ke kamp pengungsi Dheisha dekat kota Bethlehem. Tentara Israel mengatakan bahwa pasukan memasuki kamp Dheisha dan dibombardir oleh bom molotov dan batu. Dikatakan tentara menanggapi serangan itu dengan tembakan langsung.
Foto: AP/Mahmoud Illean
Para pelayat membawa jenazah Omar Khumour Palestina berusia 14 tahun saat pemakamannya di kota Bethlehem, Tepi Barat, Senin, 16 Januari 2023. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan Khumour meninggal setelah kepalanya terkena peluru selama Serangan militer Israel ke kamp pengungsi Dheisha dekat kota Bethlehem. Tentara Israel mengatakan bahwa pasukan memasuki kamp Dheisha dan dibombardir oleh bom molotov dan batu. Dikatakan tentara menanggapi serangan itu dengan tembakan langsung.

REPUBLIKA.CO.ID,GAZA -- Israel melancarkan serangan udara di Jalur Gaza pada Jumat (27/1/2023) setelah serangan tentara Israel yang paling mematikan di Tepi Barat. Pesawat tempur Israel menembakkan sekitar 15 rudal ke sebuah lokasi di kamp pengungsi al-Maghazi di Jalur Gaza tengah.

Tempat tersebut hancur setelah dihantam serangan rudal. Properti terdekat mengalami kerusakan dan terjadi pemadaman listrik. Dilansir The New Arab, Jumat (27/1/2023), Israel melakukan setidaknya dua putaran serangan yang diduga menargetkan anggota Hamas. Tidak ada korban luka yang dilaporkan.

Baca Juga

Pasukan Israel mengklaim mereka melakukan serangan rudal setelah peluncuran roket dari kantong yang terkepung. Di sisi lain, kelompok di Gaza tidak ada yang mengaku bertanggung jawab.

Namun, baik kelompok Hamas maupun Jihad Islam berjanji untuk menanggapi pembantaian mematikan oleh Israel pada Kamis di Tepi Barat, yang menewaskan sembilan orang. Di hari Kamis kemarin itu, seorang warga Palestina ke-10 tewas akibat tembakan Israel dalam serangan terpisah di Tepi Barat dekat Ramallah.

Korban diidentifikasi sebagai Yousef Muheisen, 22 tahun dari al-Ram dekat Yerusalem timur yang diduduki. Hari paling berdarah di Tepi Barat selama bertahun-tahun dimulai dengan penggerebekan di kamp pengungsi yang padat di kota utara Jenin.

Selain sembilan warga Palestina tewas, 20 lainnya luka-luka, empat di antaranya parah. Pejabat Palestina juga menuduh tentara Israel menggunakan gas air mata di dalam rumah sakit. Di antara mereka yang tewas adalah Majeda Obeid yang berusia 61 tahun, yang tinggal beberapa meter dari sebuah rumah yang menjadi sasaran pasukan Israel. Saeb Essam Mahmoud Izreiqi yang berusia 24 tahun dan Izz Al-Din Yassin Salahat yang berusia 26 tahun juga tewas.

Putri Majeda, Kefiyat Obeid, mengatakan bahwa ibunya ditembak saat dia mengintip ke luar jendela saat terjadi bentrokan. Otoritas Israel benar-benar memutus pasokan listrik kamp. "Setelah dia selesai berdoa, dia berhenti sejenak untuk melihat dan, ketika dia berdiri, lehernya terkena peluru dan dia jatuh ke dinding dan kemudian ke lantai," kata wanita berusia 26 tahun itu.

Warga Palestina mengatakan pasukan Israel menggunakan gas air mata di bangsal anak-anak Rumah Sakit Pemerintah Jenin. Wisam Bakr, direktur rumah sakit, menyampaikan ada kepanikan di bangsal anak, dengan beberapa anak menderita inhalasi gas air mata. Namun militer Israel mengklaim bahwa aktivitas tersebut tidak jauh dari rumah sakit, dan ada kemungkinan beberapa gas air mata masuk melalui jendela yang terbuka.

Lebih dari 200 warga Palestina tewas di seluruh Israel dan wilayah Palestina yang diduduki pada tahun 2022, yang mayoritas di Tepi Barat, menurut penghitungan AFP dari sumber resmi. Israel telah melakukan serangan mematikan hampir setiap hari di kota-kota Palestina di Tepi Barat, yang diduduki secara ilegal sejak perang Arab-Israel 1967.

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement